Pembacaan Alkitab Tgl 4 Desember 2018

Pengkhotbah 34

– Mari kita merenungkan perkataan Pengkhotbah yang menyebutkan serangkaian peristiwa yang bertolak belakang, yang menekankan bahwa “untuk segala sesuatu ada masanya”(3:1).

– Pengkhotbah merasa putus asa dengan apa yang dilihatnya sebagai siklus hidup yang sia-sia. Namun, ia juga mengakui adanya campur tangan Allah dalam setiap masa, bahwa pekerjaan kita adalah “pemberian Allah” (13) dan bahwa “segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya” (14).

– Kita harus tahu & yakin bahwa Tuhan berjanji menyertai kita dalam setiap masa kehidupan kita. IA akan memimpin kita melewati masa demi masa dalam hidup kita, dalam suka maupun duka, IA selalu bersama kita. Kita dapat mengandalkan kehadiran-Nya & mendapati bahwa tujuan kita diciptakan adalah untuk hidup bersama dengan-Nya. Tuhan punya rencana yang indah terhadap kehidupan setiap kita. Serahkan segala sesuatunya kepadaNya!

– Kita tidak bisa mengetahui semua jawaban dan misteri kehidupan ini. Mari berserah kepada Tuhan dengan sepenuh hati & meyakinkan diri bahwa Tuhan akan menjawab segala keinginan kita tepat pada waktuNya. IA hanya meminta kita hidup benar & menjalankan perintah-Nya. Bersyukur senantiasa & selalu berpengharapan kepada Tuhan lewat doa & perbuatan baik.

– Nats selanjutnya berbicara tentang hidup yang berarti bagi satu dengan lainnya, yang mau hidup saling berbagi dalam suka & duka, yang saling menopang apabila salah satu darinya terjatuh (4:9-10). Artinya, bahwa di dunia ini kita tidak mungkin berjuang sendirian. Ada saatnya kita lemah & butuh pertolongan dari orang lain. Karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari relasi dengan orang lain. Carilah teman yang dapat kita percayai yang kepadanya kita dapat saling berbagi & menolong menguatkan di saat kita lemah.

– Pengkhotbah juga mengatakan lebih baik orang muda miskin tetapi berhikmat. Pernyataan Pengkhotbah menunjukkan penghargaan tinggi terhadap hikmat. Tidak ada gunanya usia lanjut & kekuasaan jika orang tidak lagi memiliki hikmat.

– Bagi Pengkhotbah popularitas merupakan hal yng fana & tidak akan bertahan lama. Seperti rakyat yang sudah jenuh dengan raja tua & bodoh, mereka akan senang mendapatkan raja muda yang baru yang berhikmat. Pada awalnya ia begitu populer dan semua orang senang berjalan bersama-sama dengannya karena kepandaian & hikmatnya (15). Namun pada akhirnya ia pun tidak disukai oleh orang yang datang kemudian (16). Menurut Pengkhotbah, hal ini merupakan “kesia-siaan dan usaha menjaring angin, ” yaitu sesuatu yang fana dan tidak dapat dipertahankan.

– Orang yang mengejar arti dan nilai hidup pada popularitas pada akhirnya pasti putus asa. Sebab, popularitas adalah sesuatu yang rapuh, fana, & tidak tahan lama. Marilah kita mencari tujuan hidup yang berarti, yaitu menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita.

– Ingatlah bahwa manusia yang hidupnya dikuasai oleh popularitas tidak akan abadi. Sedangkan manusia yang mencari perkenanan Tuhan, selama hidupnya akan mendapat penyertaan-Nya. Sebab, ia hidup dengan cara yang dikehendaki Tuhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *