Pembacaan Alkitab Tgl 11 Januari 2019

Yesaya 12

– Ibadah tanpa hati adalah ibadah yang dilakukan karena rutinitas belaka, yaitu sekadar mengikuti tuntutan perintah agama atau pemimpin agama (12). Ibadah seperti ini tidak akan berdampak pada kehidupan, bahkan cenderung membuat seseorang menjadi pribadi yang munafik. Pribadi semacam ini akan menampilkan wajah yang saleh dan baik di depan orang banyak. Sedangkan di luar tempat ibadah berubah menjadi zalim dan kejam. Kenyataan inilah yang terjadi di Yehuda.

– Perayaan ibadah yang dilakukan dengan gegap gempita tidak sejalan dengan kehidupan keseharian. Dalam hidup sehari-hari kejahatan dan ketidakadilan yang menguasai (16-17).

– Yesaya membandingkan kejahatan mereka dengan kota Sodom & Gomora (10). Ia berusaha menyadarkan mereka bahwa pengampunan Allah masih terbuka. Asalkan mereka mau bertobat, maka dosa yang semerah kirmizi akan dibersihkan seputih bulu domba. Semua itu akan terjadi jika umat mau mendengar dan mengikuti kehendak Allah (19-20).

– Memang tidak ada alat ukur yang akurat untuk menilai kesungguhan seseorang beribadah kepada Allah. Yang pasti, ibadah berkaitan dengan ketulusan hati. Hal itu akan berdampak pada pembaruan hidup seseorang di mata Allah. Muliakanlah Allah dalam setiap ibadah yang kita lakukan. 
– Mengandalkan diri sendiri berawal dari kesombongan. Orang sombong merasa dirinya mampu melakukan segala sesuatu. Pernyataan nabi Yesaya menunjukkan bahwa kesombongan itulah yang menjadi akar persoalan (11, 12, 17).

– Karena merasa diri mampu, umat seolah-olah merasa berhak menentukan hidupnya sendiri. Allah tidak lagi mereka pedulikan. Karena itu mereka merasa bebas mengikuti bangsa-bangsa sekitar untuk memilih pada ilah mana mereka akan beribadah. Mereka juga tidak lagi peduli apakah tindakan mereka sesuai dengan kehendak Allah atau tidak.

– Allah membenci orang yang sombong. Karena itu mereka akan direndahkan. Kesombongan dilukiskan seperti pohon aras & terbantin yang berdiri tegak seakan-akan siap menembus langit. Namun pohon itu dengan mudahnya dirubuhkan oleh kekuatan Allah (13).

– Manusia perlu mengingat bahwa keberadaannya bagaikan hembusan napas belaka (22). Walau kuda, emas, perak, dan lain-lain (7) dicari dan dianggap penting & dijadikan andalan dalam hidup ini, namun Yesaya menegaskan bahwa semua kebanggaan dan milik mereka akan lenyap seketika.

– Pada umumnya, kita berusaha mendapatkan apa yang dianggap paling berharga bagi dunia. Dengan segala usaha kita berusaha menggapainya, termasuk hal-hal yang di luar kehendakNya. Akibatnya kita melupakan kebaikan Tuhan.

– Pengalaman umat Israel menunjukkan bahwa mengandalkan manusia dan dunia akan membawa hidup kita berakhir dengan kekecewaan dan kebinasaan. Tetapi orang yang mengandalkan Tuhan mereka akan mendapatkan kekuatan serta pengharapan yang membawa sukacita & damai sejahtera di dalam hidup mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *