Pembacaan Alkitab Tgl 20 Juli 2019

Matius 13

– Yesus memberikan perumpamaan-Nya sebagai pengajaran yang sangat limpah bagi mereka yang diberikan anugerah memahami artinya (11-12).

– Perumpamaan dari Yesus berbicara tentang hal sehari-hari yang diketahui orang Yahudi pada zaman itu, yang berkaitan dengan pengertian tentang Kerajaan Allah. Mereka yang melihat kelimpahan pengajaran Kerajaan Allah denagn jelas adalah orang-orang yang berbahagia karena diberikan kelimpahan dan pengertian.

– Ketika kita mendengar firman, apakah yang menjadi reaksi kita? Apakah pikiran yang segera muncul di dalam diri kita? Ketika teguran dari firman Tuhan dinyatakan dengan sangat jelas, apakah yang menjadi reaksi kita? Jika kita tidak pernah menguji diri kita sendiri, menilai kembali hati & kehidupan kita, maka kita termasuk orang-orang yang mempunyai hati “pinggir jalan”. Firman Tuhan lewat begitu saja tanpa ada hati yang merasa tertusuk karena firman itu. Atau jika reaksi kita ialah menghakimi orang lain, maka berarti firman itu hanya lewat begitu saja, tidak menembus jiwa kita, sehingga kita tidak bertumbuh sedikit pun setelah mendengar firman.

– Sebaliknya, hati kita menjadi penuh dengan kesombongan dan mulai menghakimi orang lain. Jika setelah mendengar firman kita segera menuduh orang lain & tidak pernah mengoreksi diri, maka Iblis akan datang, memutarbalikkan firman itu untuk mendorong kita terus berdosa karena mengabaikan firman dan menghakimi orang lain.

– Kiranya kita mempunyai hati yang lembut, bukan seperti jalan yang keras. Biarlah kita sungguh-sungguh bertobat jikalau setiap kali mendengar firman Tuhan, kiranya firman itu bukan masuk ke telinga kita sebagai seruan yang kosong & hampa.

– Biarlah kita belajar menjadi orang-orang yang mudah dibentuk oleh firman Tuhan, bukan menjadi sombong dan menghakimi orang lain seperti orang-orang Farisi.

– Kiranya hidup kita hanya tertuju sepenuhnya kepada Kristus. Hanya Kristus yang hidup di dalam diri kita. Kita tidak menjadi Kristen supaya mendapatkan kelancaran & kesehatan. Kita menjadi Kristen karena kita mau meneladani Yesus Kristus yang menyangkal diri, pikul salib, dan mati bagi umat-Nya.

– Kiranya Tuhan menolong kita supaya apa yang kita dengar hanyalah hal-hal yang benar & tulus. Biarlah kita dapat menerima kebenaran firman meskipun ternyata banyak orang yang sudah menyelewengkannya.

– Walau dalam keadaan sulit, namun tetap ada tangan Tuhan yang berkenan untuk menyertai & menopang kita senantiasa. Kita adalah selamanya milik Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita untuk terus setia & terus tekun menjalankan kehendakNya. Kiranya setiap kita dengan rendah hati rela untuk dipimpin oleh kebenaran firman Tuhan yang agung & limpah itu.

– Yesus memakai benih yang baik & lalang dipakai untuk mengumpamakan anak-anak Kerajaan Allah & anak-anak Si Jahat. Benih yang baik ditabur oleh Yesus, sementara benih lalang ditabur oleh Iblis & ladang ialah dunia.

– Pemilik ladang adalah Tuhan. IA membiarkan kedua benih itu tumbuh bersama & tidak memisahkan benih baik dari hambatan & himpitan lalang. Pemisahan itu baru terjadi pada waktu menuai.

– Tuhan membiarkan lalang & gandum tumbuh bersama. Kelihatannya seolah-olah Tuhan membiarkan gandum dan lalang, baik dan jahat, hidup bersama. Hal ini jangan membuat kita pesimis. Justru kondisi semacam ini menjadi tantangan bagi kita dalam hidup bersama

– Kalau kita adalah benih baik yang ditaburkan oleh Tuhan, seberapa kuatkah kita dapat bertahan di tengah himpitan lalang? Seberapa kuatkah kita dapat bertahan menjadi tumbuhan yang menghasilkan buah yang baik? Ataukah kita mati terhimpit atau justru memilih menjadi serupa dengan lalang yang tidak mengeluarkan buah?

– Sebagai orang percaya, seberapa kuatkah kita tetap jujur dalam pekerjaan di tengah-tengah ketidakjujuran? Sebagai jemaat Tuhan, seberapa besar peranan gereja menyuarakan kebenaran di tengah dunia yang penuh tipu daya ini?

– Kalau kita mengalami himpitan dalam kehidupan, tetaplah bersyukur. Sebab kita berasal dari benih baik yang sedang dihimpit oleh lalang. Mari berdoa bersama-sama memohon kekuatan dari Tuhan agar kita dapat bertahan di tengah himpitan itu!

– Tantangan hidup bersama kiranya tidak menyurutkan tekad kita untuk bertahan dalam iman, bertumbuh dalam kebenaran & berbuah bagi Kerajaan Allah.

– Harta, status sosial, atau jabatan adalah hal-hal yang menurut dunia paling berharga, tetapi ketiga hal itu tidak dapat memberikan jaminan kepastian hidup abadi karena sama-sama tidak abadi.

– Menurut perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus, yang paling berharga adalah Kerajaan Surga. Bagai harta karun yang terpendam, maka Kerajaan Surga layak diperjuangkan. Kita tentu rela melakukan apa saja demi terwujudnya Kerajaan Surga di dunia.

– Kalau ada orang yang berani menjual segala sesuatu yang dimilikinya demi harta terpendam, itu berarti kita diajak untuk berani melepaskan kelekatan pada segala milik kita yang sifatnya duniawi. Milik berarti harta benda maupun status yang kita miliki. Kalau terikat pada harta benda, sulit bagi kita dapat berbagi melalui berkat harta benda itu. Kalau kita terikat oleh status, mustahil kita mampu merendahkan diri & melayani orang lain. Tanpa kesadaran dan kemauan untuk berbagi serta merendahkan diri, maka Kerajaan Surga tidak akan terwujud di bumi.

– Marilah kita bertekad untuk mewujudkan Kerajaan Surga dengan cara belajar melepaskan keterikatan pada harta & status sosial kita! Maksudnya harta & status sosial tidak dipakai untuk keegoisan diri, sebaliknya digunakan untuk membangun karakter pribadi yang rendah hati & mau berbagi dengan sesama. Dengan demikian, setiap orang akan berperan aktif dalam menghadirkan Kerajaan Surga di dunia.

– Pada umumnya orang menilai seseorang berdasarkan apa yang tampak, seperti: status sosial, ekonomi, keturunan, relasi dengan orang berpengaruh, dan sebagainya. Jarang sekali orang menilai berdasarkan kualitas pribadi dan potensi seseorang. Akibatnya, terjadilah penerimaan atau penolakan secara tidak masuk akal.

– Seperti Yesus yang dikenal oleh masyarakat Nazaret sejak kecil justru mengalami penolakan sehingga tidak memungkinkan IA membuat banyak mukjizat. Mereka tidak dapat menerima status sosial Yesus yang bukan dari golongan terhormat & tidak percaya Yesus dapat menjadi seorang yang memiliki kuasa untuk melakukan mukjizat. Karena itulah, Yesus mengatakan bahwa seorang nabi tidak diterima di tempat asalnya.

– Penolakan tidak dapat dijadikan alasan untuk menyerah. Kita harus terus bergiat untuk berkarya sekalipun ditolak. Seperti Yesus tidak berhenti berkarya, demikian pula kita jangan cepat menyerah. Jangan kita kalah dengan situasi, sebaliknya, kita harus menang dengan cara menunjukkan kualitas kita!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *