– Ketika muncul keputusan untuk memusnahkan orang Yahudi di kerajaan Persia, Mordekhai meratap & datang mmberitahu Ester tentang gentingnya situasi & mendorongnya untuk membela bangsanya di hadapan raja (4:4-8). Ester yang paham situasi istana, tahu bahwa meski ia berkedudukan sebagai ratu, tidaklah mudah untuk menghadap raja. Nyawa menjadi taruhannya (10-11).
– Mordekhai memarahi Ester karena hanya memikirkan diri sendiri (12). Dengan atau tanpa Ester, pertolongan bisa juga datang dari pihak lain (13-14). Hanya saja Ester harus tahu bahwa Tuhan menempatkan dia di istana, bukan tanpa maksud. Karena itu Ester harus berjalan sesuai dengan maksud Allah itu. Akhirnya Ester menyadari posisinya & memberanikan diri untuk menghadap raja, meski ia harus menanggung risiko nyawa. Maka ia meminta dukungan bangsanya yang dinyatakan dengan berpuasa (15-17).
– Seperti Ester, bila kita hidup mengikuti pimpinan Allah, maka apapun keberadaan kita & di manapun posisi kita, Allah menempatkan kita dengan suatu maksud tertentu. Sebab itu kita perlu hikmat untuk mengetahui rancangan Allah dan tentu saja kesetiaan dan keteguhan untuk berjalan sesuai rencana itu.
– Dari Haman kita belajar bahwa manusia hendaknya mawas diri dan introspeksi terhadap segala pikiran, hati, serta tindakan di hadapan Tuhan. Karena iri hati, pikiran negatif & kebencian dapat menghancurkan banyak pihak, termasuk diri sendiri.
– Kebencian itu ibarat orang sedang minum racun. Kalau kita memelihara kebencian, sudah dipastikan bahwa setiap tindakan dalam hidup kita tidak diarahkan untuk membangun kehidupan bersama, sebaliknya merancang kejahatan bagi orang yang dibenci. Inilah racun kehidupan yang dapat menghancurkan diri sendiri.
– Ketika dunia dipenuhi oleh kebaikan, maka proses kehidupan akan berubah menjadi hal yang membahagiakan. Sebab setiap orang akan selalu mengingat & mengenang siapa saja yang telah menanamkan kebaikan dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan Raja Ahasyweros yang teringat akan jasa Mordekhai dalam kitab pencatatan sejarah (6:1-2). Mengenai hal itu, Mordekhai sama sekali tidak berambisi mendapatkan apa pun dari raja. Sebaliknya ia berpikir bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk melindungi keselamatan raja.
– Situasi menjadi tambah menarik ketika di satu sisi Haman berencana menjerumuskan Mordekhai pada tiang sula, sedangkan di sisi lain raja ingin menghadiahkan sesuatu kepada Mordekhai. Saat raja menanyakan soal penghargaan apa yang sepatutnya diberikan kepada orang yang telah berjasa terhadap kerajaan, Haman malahan berpikir bahwa dirinya akan menerima hadiah itu dari raja (4-6). Lalu ia mengajukan daftar hadiah & kehormatan yang setinggi-tingginya kepada raja dengan harapan bahwa dirinya yang akan menikmati semuanya itu (7-9).
– Kisah ini mengajarkan kita bahwa kebaikan pada akhirnya akan menang. Sebab Allah tidak pernah tertidur. IA tahu segala sesuatu yang ada dalam pikiran & hati manusia. IA akan memberikan ganjaran setimpal bagi setiap orang menurut perbuatannya. Karena itu, janganlah putus asa maupun pesimis melakukan kebaikan, meski dunia ini seakan-akan penuh ketidakadilan. Lakukanlah yang terbaik dan tebarlah kasih Allah karena kita adalah anak-anak terang.