Pembacaan Alkitab Tgl 27 Desember 2018

Obaja 1

– Kitab Obaja adalah kitab yang paling singkat di dalam Perjanjian Lama, hanya berisi 1 pasal & 21 ayat. Selain itu juga tidak diketahui tanggal penulisan Kitab dan siapakah Obaja sebenarnya, yang bisa kita ketahui hanyalah bahwa ia adalah seorang pelayan Allah yang dipakai untuk menyampaikan Firman yang kita ketahui sampai sekarang.

– Allah kadang-kadang tidak memaparkan secara jelas, tapi ada hal yang lebih penting dari kehidupan Obaja sendiri yaitu isi berita Firman & Tuhan berkenan menyampaikan Firman-Nya melalui Obaja.

– Kontras dengan latar belakang si penulis, isi tulisannya berbicara tentang Edom, suatu bangsa yang besar & terkenal, keturunan Esau. Ada banyak orang pintar di Edom, juga para pahlawan yang kuat (8-9). Namun, Tuhan tidak terkesan & justru menghakimi, sebab mereka ANGKUH. Edom merasa diri lebih hebat dibanding Israel & bangsa-bangsa lain. Keangkuhan mengaburkan akal sehatnya, membuatnya tak dapat melihat keterbatasan dan kebutuhan mereka akan Tuhan. Melihat Edom, Tuhan muak, mereka bukan hanya diturunkan, tetapi akan dihinakan & dihancurkan sampai tak bersisa (2-6).

– Ketika kita merasa diri cukup baik, tidak seperti orang lain yang punya kekurangan ini & itu, ketika kita hanya bisa melihat kesalahan sesama & kebaikan diri sendiri, ketika kita merasa Tuhan tidak perlu campur tangan karena kita bisa mengatasi sendiri, Waspadalah! Seperti Edom, kita sedang diperdaya keangkuhan & Tuhan tidak suka melihatnya.

– Tetapi, ketika kita merasa karya kita tak berarti & tak banyak orang yang menghargai, meski kita telah bersungguh hati mengikut Tuhan, ingatlah Obaja yang tidak dikenal & bagaimana Tuhan mengenal dan berkenan memakainya.

– Sumber kebanggaan diri kita hanyalah pemberian Tuhan semata. Namun kita harus tetap menjaga hati untuk tidak sombong akibat hal-hal yang membanggakan tersebut. Ketika kita melihat ke sekeliling kita, orang-orang yang mungkin tidak seberuntung kita, apakah kita lalu merasa lebih baik dari mereka?

– Kiranya kita dijauhkan dari sikap semacam itu. Sebaliknya, biarlah kita belajar untuk tetap rendah hati & menyalurkan karunia Tuhan yang kita miliki untuk menolong orang-orang di sekitar kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *