– Pemazmur menyakini bahwa Tuhan Israel adalah hakim yang adil. Walaupun kekuasaan para allah & penguasa terasa kuat, namun Tuhan sebagai hakim yang adil tetap kuasaNya & tak tergoyahkan. Sebagai pembela bagi umat yang lemah, Tuhan peduli dengan setiap persoalan & penderitaan umatNya.
– Ketika kehidupan ini berjalan dengan lancar, mungkin kita tidak akan mempertanyakan dimanakah Tuhan. Namun manakala kehidupan kita mengalami penderitaan kesusahan, hambatan dan tantangan yang besar, acap kali kita tergoda untuk bertanya: Di manakah Tuhan? Di mana kuasaNya yang menyelamatkan? Kapankah pembebasan datang? Seakan-akan kita ragu bahwa Tuhan itu tetap Mahakuasa.
– Satu hal yang pemazmur tegaskan bahwa Tuhan sebagai hakim yang adil, pasti akan bertindak sesuai dengan cara & waktuNya yang tepat. Kita harus terus mengimani bahwa Tuhan peduli dengan semua persoalan yang ada dalam kehidupan ini. IA juga ingin kita semakin bertumbuh sebagai orang yang mempercayakan hidup kepadaNya.
– Tuhan akan tetap bekerja di dalam kehidupan kita baik waktu senang maupun susah, baik waktu kita menyadari atau tidak menyadari penyertaan Tuhan dalam hidup ini.
– Umat Israel pernah terancam oleh persekongkolan jahat antar bangsa-bangsa yang memusuhi mereka (83:8-9). Dalam situasi buruk ini, Perjanjian Allah & doa yang mengantisipasi kemenangan menjadi dasar umat Israel bersikap sehingga mereka mampu menghadapi persekongkolan jahat itu.
– Umat Israel menyadari arti perjanjian Allah bagi mereka dan implikasinya terhadap kesulitan yang mereka alami. Dengan mengadakan perjanjian, Allah menempatkan diriNya di pihak umatNya. IA menjadi penyelamat, pemilik & pelindung umatNya.
– Berdoa berdasarkan perjanjian ilahi harus menjadi disiplin rohani kita. Realitas hidup tidak selalu ramah. Kesepakatan jahat dari orang-orang yang berprinsip hidup berbeda dengan kita dapat menekan kita. Hadapilah perilaku dari orang tak beriman itu dengan fakta Perjanjian Allah bagi kita.
– Kita adalah umat perjanjian karena nyawa Kristus & meterai Roh Allah. Namun, kita hanya dapat menghayati kekuatan yang datang dari fakta perjanjian Allah itu, jika kita sendiri aktif menautkan diri kita kepada-Nya.
– Kesadaran tinggi bahwa kita adalah milik-Nya membuat kita memiliki keyakinan teguh bahwa apa pun yang kita alami justru akan membuat pihak lawan mengakui kemuliaan Allah(17-19).