– Kisah Raja Uzia diawali dengan rangkaian keberhasilan & pujian. Pada awal pemerintahannya, Uzia (16 tahun) melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan. Selama ia bersandar pada Tuhan, maka segala yang dilakukannya menjadi berhasil (1, 4-10) & namanya juga masyhur di antara bangsa-bangsa (11-15).
– Sayangnya ia lalu menjadi tinggi hati. Kesombongan hati Uzia menyeretnya dalam kehancuran (16). Karena menganggap diri hebat, Uzia telah menyalahgunakan kekuasaannya dengan mengambil alih tugas imam, yaitu membakar ukupan di Bait Allah.
– Saat ditegur oleh imam Azarya, ia merespons dengan amarah. Di saat itulah Tuhan menghukum Uzia dengan penyakit kusta, yang menyebabkannya diusir dan diasingkan sampai mati (17-21). Sungguh ironis, suatu awal yang dimulai dengan keberhasilan, namun pada akhirnya ditutup dengan keberdosaan dan penghukuman Allah.
– Lupa diri dan tinggi hati merupakan penyakit rohani yang harus ditakuti & dihindari oleh orang-orang percaya. Pengamsal sendiri memberikan nasihat bahwa “kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan” (Ams. 16:18).
– Beda halnya dengan hidup orang yang takut akan Allah & rendah hati. Walau jalan yang dilalui mungkin penuh onak & duri, mereka tetap mau tunduk & rendah hati bersandar pada Allah serta percaya bahwa penyertaan & kekuatan dari Allah akan selalu bersama mereka.
– Bersyukurlah bila Tuhan mengizinkan kita gagal dalam kelemahan dan menderita. Karena kesudahan kisah kita akan berakhir bahagia, yaitu ketika kita tetap hidup setia mencari kehendak Tuhan dan hidup seturut kehendakNya, maka keberhasilan pasti akan mengikuti hidup kita & ada berkat Tuhan yang menanti di akhirnya.