– Sejarah Israel merupakan bukti kasih dan kesetiaan Tuhan yang tak berkesudahan kepada umatNya yang terus menerus memberontak. Oleh sebab itu Allah harus mendatangkan hukuman-Nya sebagai bentuk kedisiplinan yang lahir dari cinta kasih.
– Bangsa Israel yang berada di masa pembuangan tidak habis mengerti bagaimana mungkin Allah yang mengikat perjanjian dengan nenek moyang mereka tidak mempedulikan penderitaan yang dialami mereka. Itu sebabnya beberapa tetua Israel menemui nabi Yehezkiel dengan maksud “mencari petunjuk” Allah (1). Allah mengerti apa yang ada dalam pikiran para tetua itu. Bukan sambutan hangat yang diterima mereka, melainkan ejekan Allah melalui nabi-Nya (2-3).
– Dalam amarahnya, Allah meminta Yehezkiel menghakimi umat Allah dengan cara membongkar aib dan pelbagai kesalahan yang dilakukan leluhur mereka terhadap Tuhannya (4).
– Karena didorong oleh cinta kasih, maka Allah meredam murka-Nya (17). Hal ini tercermin dari kata “Aku bertindak karena nama-Ku dan Aku menarik tangan-Ku” (14, 22).
– Berkali-kali Allah memberi hukuman agar umat-Nya bertobat (15, 23). Namun, mereka mengulangi kembali dosa leluhurnya sampai Allah membiarkan umat-Nya semakin terjerat & terjerumus dalam kenajisan mereka (26).
– Pandanglah hukuman Allah sebagai hal yang baik, positif, dan membangun karakter. Ada kekontrasan antara kedaulatan Allah yang kekal dalam mengendalikan sejarah manusia dan kesementaraan kehidupan manusia di atas bumi. Kita harus hidup mengandalkan Allah yang diwujudkan dalam bentuk kehidupan yang terus berusaha menaati kehendakNya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.
– Secara khusus, perintah apakah yang paling sulit kita taati? Mintalah Allah & Roh Kudus menolong kita untuk mengatasinya.