– Oleh karena campur tangan & kemurahan Tuhan, raja Persia, Artahsasta, mengizinkan Ezra pulang ke Yerusalem untuk mengadakan penyelidikan mengenai Yehuda & Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allah Israel. Raja juga memberikan kepada Ezra segala yang diperlukan dan diinginkan. Ia selamat dalam perjalanan & tiba tepat waktu di Yerusalem, karena tangan Allah melindunginya (7:6-9).
– Ezra dapat kuat menghadapi situasi yang sulit & akhirnya mengalami keberhasilan di dalam pelayanannya karena ia senantiasa bersandar pada Firman & Tangan Allah. Ia menyadari bahwa keberhasilan ia & rombongannya dapat selamat dalam perjalanan & tiba tepat waktu di Yerusalem karena ada tangan TUHAN yang melindungi mereka (6,9,28).
– Ezra memiliki hati besar & tulus untuk melayani umat Allah. Hal ini tampak dalam kehidupan doa maupun kehidupan praktisnya. Ia tidak hanya setia mendoakan umat Israel yang sedang hidup di dalam keadaan yang memprihatinkan, tetapi ia pun selalu siap sedia ketika diberi kesempatan untuk melayani umat Allah.
– Mari teladani sikap Ezra yang bersedia diutus ke Yerusalem untuk mengajarkan firman Tuhan dan membenahi kehidupan umat di sana, meskipun untuk itu ia harus menempuh perjalanan yang jauh & penuh resiko. Karena rela, tulus & percaya kepada Tuhan, maka ia beroleh kekuatan untuk mengerjakan pelayanannya & tangan Tuhan pun selalu melindunginya (28).
– Misi membangun kembali Yerusalem oleh Ezra serta menyelenggarakan ibadah kepada Tuhan diwujudkan dengan bergotong royong, yaitu menghimpun siapa yang ikut dalam rombongan pulang dari Babel (8:1-2). Partisipasi mereka terlihat dari daftar nama yang panjang (2-20).
– Ezra sendiri turun tangan memilih orang-orang yang dapat dipercaya untuk membawa, menghitung, menimbang harta yang diserahkan & memberikan petunjuk bagaimana mempertanggungjawabkan titipan itu sesampainya di Yerusalem. Agar segala sesuatu dapat berjalan sesuai rencana dan aman, Ezra menyerukan seluruh rombongan untuk berdoa dan berpuasa(21-23). Dan Tuhan mengabulkan permohonan mereka.
– Hidup beriman bukan berarti menyerahkan semua masalah kepada Tuhan saja, tapi orang percaya perlu ikut berperan aktif melakukan bagiannya dengan bertanggung jawab. Jika hal itu telah dilakukan dengan maksimal, selebihnya diserahkan kepada kemahakuasaan Tuhan. Dengan demikian, rasa takut dan khawatir akan tersingkir dari hati kita. Sebab kita menyakini bahwa Tuhan memegang kendali atas segala sesuatu yang terjadi.
– Karena itu, kerjakanlah bagian kita dengan penuh dedikasi sembari berserah diri kepada Tuhan. Yakinlah bahwa Tuhan akan menolong & memberi kekuatan kepada kita.
– Setelah beberapa bulan tinggal di Yerusalem, Ezra menerima laporan bahwa orang Israel menikah dengan orang kafir. Ezra sungguh berduka sehingga ia sampai merobek pakaiannya dan mencabut janggut serta rambut di kepalanya (9:3). Walaupun ia tidak ikut melakukan dosa itu, tetapi ia datang kepada Allah untuk mengakui segala kesalahan yang telah dilakukan bangsanya.
– Kawin campur adalah bukti kegagalan mereka dalam memisahkan diri dari para penyembah berhala yang mendiami tempat itu. Membiarkan kawin campur berarti membiarkan adanya kompromi di berbagai bidang. Ini bahaya! Dosa itu yang dulu menyebabkan Israel dibuang ke Babel! Itu sebabnya Ezra prihatin & tidak ingin dosa kembali terulang kedua kali.
– Dosa kawin campur masih juga dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Kristen sampai saat ini. Coba perhatikan apa yang terjadi pada diri mereka kemudian. Banyak dari antara mereka yang kemudian beralih iman. Namun yang pasti mereka tidak dapat hidup sebagai pelaku firman yang sejati. Tugas kita adalah tetap teguh di dalam iman & ingatkan mereka yang menyimpang dari iman yang benar.
– Pengakuan dosa yang dilakukan Ezra di hadapan Tuhan mendapat respons dari umat Israel. Bersama dengan Ezra para pemuka dan umat ikut serta mengakui dosa mereka kepada Tuhan. Saat yang sama, mereka berjanji & bertekad untuk hidup menurut Taurat Tuhan sebagai bentuk pertobatan nasional (10:1-4).
– Tekad untuk hidup baru sebagai umat Allah diperkuat oleh tindakan tegas pelarangan kawin campur dengan bangsa lain. Ezra tidak menggunakan otoritas dan kekuasaannya sebagai alat pemaksaan kehendak. Ia menggunakan keteladanan moral untuk mengajar umat akan kesalahannya. Hal ini yang mendorong munculnya kesadaran baru. Revolusi mental sudah dilakukan Ezra. Keteladanannya dapat kita jadikan inspirasi perubahan untuk kehidupan kita yang mau taat & selalu hidup berdasarkan Firman Tuhan untuk mencapai kehidupan yang adil dan sejahtera.