– Setiap ada kesempatan, Yesus menggunakannya dengan baik untuk mengajar tentang Kerajaan Allah. Yesus menggambarkan melalui perumpamaan bagaimana firman Allah dapat diterima oleh pendengarnya. Ada 4 tempat yang menggambarkan apakah firman Allah dapat bertumbuh di dalam diri pendengarnya. Penabur yang menaburkan benih merupakan perumpamaan firman Allah yang diberitakan.
– Ada benih yang jatuh di pinggir jalan kemudian dimakan burung (4), ada sebagian benih yang jatuh di tanah berbatu (5). Ada yang jatuh di tengah semak duri (7). Terakhir benih yang jatuh di tanah yang baik, merupakan gambaran firman Allah yang diberitakan yang diterima dengan baik lalu disimpan dalam hati orang yang mendengarnya (8) dan dilakukannya, sehingga Firman itu akhirnya menghasilkan buah yang baik yaitu kehidupannya yang diubahkan lebih baik (20).
– Marilah kita berdoa agar Allah membuat kita memahami kebenaran-Nya dan menuntun setiap perbuatan keseharian kita sesuai dengan kehendak-Nya. Kiranya diri kita dapat menjadi tanah yang baik yang menghasilkan buah yang baik.
– Melalui perumpamaan tentang pelita, Yesus ingin menegaskan bahwa identitas kita sebagai pengikut Kristus harus dinyatakan. Jangan ditutup-tutupi ataupun malu! Seperti pelita yang ditaruh di atas kaki dian, demikian pula halnya dengan setiap orang percaya (21). Pelita ditempatkan pada tempatnya sehingga cahayanya dapat menerangi keadaan sekitarnya.
– Pengikut Kristus harus menyatakan kekristenannya dalam kehidupan sehingga orang lain bisa memahami identitas kita sebagai pengikut Kristus. Orang lain perlu melihat perbedaan yang lebih baik terhadap pengikut Kristus, jika dibandingkan dengan orang yang bukan pengikut Kristus.
– Marilah kita mohon ampunan kepada Allah jika kehidupan yang dijalani tidak memancarkan terang kemuliaan Allah. Setelah memahami identitas sebagai pengikut Kristus, kita harus bertekad untuk menyatakan kebenaran & kehendak Allah. Pancarkanlah cahayamu!
– Setiap manusia perlu menjalani hidupnya dengan penuh harap kepada Allah. Ini akan menjadikan manusia merasakan pemeliharaan Allah yang begitu agung dalam kehidupannya. Pada akhirnya manusia akan menikmati hal yang baik dari Allah sesuai waktuNya (29).
– Bersyukurlah karena Allah berdaulat atas waktu. IA memiliki otoritas sepenuhnya atas kehidupan kita. Tidak ada yang dapat memengaruhi-Nya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Semuanya ada dalam kehendak-Nya. Ini semestinya membuat kita berserah pada kehendakNya. Dan untuk itu memang dibutuhkan kesabaran kita.
– Hal Kerajaan Allah juga digambarkan Yesus seperti biji sesawi (31). Seperti biji yang ditanam akan menjalani proses dari Allah ketika mengalami pertumbuhan sampai menjadi pohon yang besar, demikian pula hal kecil yang membuat kita merasa tak berarti jika semuanya diserahkan kepada Allah akan memberikan hasil yang berguna.
– Kita perlu menjalani hidup ini dengan mengandalkan kuasa Allah. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena kita dapat putus asa jika membandingkan kesusahan yang sedang dialami dengan keberhasilan yang dimiliki orang lain. Serahkanlah semua hal yang kita rasakan kepada Allah semata. Dia yang adalah Bapa kita dan kita adalah anak & milik-Nya.
– Para murid Yesus dalam ketakutannya datang menghampiri Yesus sebagai satu-satunya harapan mereka. Dia mungkin tidak segera melepaskan kita dari masalah, tetapi kita diberkati ketika mengingat bahwa Dia hadir di dalam perahu hidup kita! Bersyukurlah, Dia selalu bersama kita di tengah badai & gelombang kehidupan kita. Dan Dia berfirman, “Diam! Tenanglah!” (39).
– Jadi, hampirilah Yesus di tengah badai yang mungkin sedang kita alami dan izinkan Dia memenuhi hati kita dengan damai sejahtera yang datang karena kita tahu bahwa Dia tidak jauh.