– Yesus memanggil para murid tidak hanya untuk menikmati persekutuan dengan-Nya, tetapi juga mau diutus (5) untuk membagikan apa yang pernah mereka alami saat bersama Yesus.
– Orang Kristen dipanggil tidak untuk menikmati sendirian saja kasih Kristus, tetapi juga memberikan kesempatan bagi orang lain untuk merasakannya.
– Yesus tidak mengutus orang sendirian saja tetapi secara kelompok. Perhatikan kata “ke-12 murid itu”. Pengutusan secara kelompok memampukan orang belajar memahami bahwa keberhasilan bukan karyanya semata, tetapi ada orang lain, juga Tuhan.
– Yesus memberi otoritas & kuasa-kuasa kepada para muridNya untuk memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan mengusir setan-setan (7-8). Jelaslah bahwa utusan membawa wibawa pribadi pengutusnya. Kristus yang telah mengutus akan memberi kemampuan kepada mereka.
– Yesus melarang para murid membawa harta dan bekal (9-10). Yesus hendak mengajar para murid-Nya pasrah total kepada-Nya selaku Pengutus. Artinya, Kristus yang akan mencukupkan kebutuhan mereka melalui orang-orang yang menerima pelayanan mereka. Dan sewajarnyalah, setiap utusan berserah diri secara total kepada Pribadi yang mengutusnya.
– Alangkah indahnya bila setiap berita Injil yang disampaikan duta diterima oleh semua orang. Namun Yesus sudah mengingatkan bahwa akan ada yang menolak Injil (menolak salam). Yang menolak akan menerima penghakiman yang lebih berat daripada penghukuman Sodom & Gomora (13-15).
– Menjadi duta Injil bukan pilihan juga bukan berdasarkan kerelaan sebagai relawan, tetapi adalah sebuah panggilan mulia, tugas setiap orang yang sudah mengalami kuasa dari Raja Kerajaan surga.
– Yesus memanggil para murid-Nya bukan berdasarkan standar umum seperti memiliki gelar, prestise, jabatan, atau profesi tertentu, tetapi IA memilih berdasarkan kehendakNya semata.
– Ketika Yesus memanggil mereka “Ikutlah Aku”, segera mereka taat & meninggalkan pekerjaan dan keluarga lalu pergi mengikuti pelayanan Yesus. Mereka ditetapkan menjadi duta Injil untuk menyampaikan keselamatan & kabar baik kepada dunia (5).
– Pesan Yesus kepada para murid-Nya, yaitu “Hendaklah kamu cerdik seperti ular & tulus seperti merpati” (16). Pesan ini mengikuti pengutusan para murid sebagai domba ke tengah serigala.
– Orang Kristen sebagai warga Kerajaan Allah memang tidak tinggal di surga, tetapi di dunia. Dan nilai-nilai dunia sering bertolakbelakang dengan surga. Yesus tidak mengizinkan para pengikut-Nya ikut-ikutan menjadi serigala. Dalam dunia yang siap menerkam, Yesus mengajak murid-Nya untuk cerdik dan tulus.
– Kecerdikan saja akan membawa kita ke dalam bahaya “menghalalkan segala cara.” Ketulusan saja akan menjadikan kita tak sanggup bersaing. Tak hanya otak, hati pun sama pentingnya. Tidak salah satu, namun keduanya, yaitu cerdik & tulus di dunia ini!
– Ketika seseorang memutuskan hidup sesuai dengan standar kebenaran Kristus, maka ejekan dan cemoohan serta permusuhan akan muncul dari orang-orang dunia.
– Yesus menggunakan gambaran keluarga untuk menjelaskan betapa pentingnya totalitas penyerahan diri kepada Yesus. IA menghendaki agar kita menjadikan diri-Nya yang terutama di atas segalanya.
– Ketika seseorang mengasihi keluarganya lebih daripada mengasihi Yesus, sebenarnya mereka tidak layak untuk Yesus. Karena mengikut Yesus dibutuhkan komitmen, tekad & pengosongan diri, hidup secara total bagiNya.
– Orang yang beriman kepada Yesus akan dipisahkan dari dunia dan orang-orang berdosa yang tidak percaya kepada-Nya. Karena keputusan dan tindakan untuk beriman kepada Yesus akan menimbulkan gejolak & perpecahan dalam keluarga. Tidak heran apabila orang-orang yang percaya kepada Kristus menjadi target kebencian dari mereka yang menolak Yesus, termasuk keluarga sendiri.
– Bagaimana keadaan kita saat ini? Apakah cara hidup kita sudah sesuai dengan standar kebenaran Kristus? Ataukah kita masih hidup secara duniawi? Maukah kita mengasihi Tuhan sepenuh hati, lebih daripada kita mengasihi yang lainnya? Kiranya Allah membantu kita untuk menjawabnya.