– Berbeda dengan Salomo yang memerintah rakyatnya dengan hikmat yang diberikan Allah & mau mendengar keluhan rakyat serta memahami kesulitan mereka. Sebaliknya Rehabeam dengan ambisinya menjadi raja yang kejam dan menindas rakyatnya. Tak heran Yerobeam dengan seluruh Israel menyatakan putus hubungan dengan Rehabeam & terjadi perselisihan yang semakin tajam di antara Yehuda & Israel.
– Ketika menghadapi rakyat yang mengajukan keluhan (10:1), bukan kepentingan rakyat yang mendasari Rehabeam dalam mengambil keputusan. Ia tidak berhasil menampilkan sosok pemimpin yang berhikmat dan bijaksana, ia lebih memilih mendengar nasehat orang muda daripada nasehat orang tua.
– Bagi Rehabeam, nasihat dari orang-orang tua mungkin merendahkan dirinya dan membuat dia berada dalam posisi sebagai orang yang melayani rakyat bukan yang berkuasa. Maka dia menolak mengikuti nasihat orang-orang tua itu (7-8).
– Sementara masukan dari orang-orang muda jelas memperkuat eksistensinya sebagai penguasa. Rakyat harus tahu bahwa dia raja dan berotoritas. Mereka harus tunduk padanya! Maka masukan dari orang-orang muda terasa lebih pas bagi dirinya (9-11, 13-14). Terlihat bahwa ego & kesombongan melandasi keputusan Rehabeam atas rakyat.
– Berbagai tindakan dan keputusan yang didasarkan pada kesombongan memang bisa menjadi titik awal kehancuran seseorang. Kesombongan dapat membuat orang tidak peduli pada apa pun, asal saja ia dapat menunjukkan eksistensi dirinya di hadapan orang lain. Kesombongan dapat membuat orang tidak peka pada masalah & kebutuhan orang lain, karena menganggap orang lain rendah. Yang terparah, kesombongan dapat membuat orang lain lupa bahwa masih ada Tuhan, yang jauh lebih berkuasa.
– Karena itu, penting bagi kita untuk mengingat dan melibatkan Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Jangan mendasarkan segala tindakan & keputusan hanya demi ego semata-mata.
– Banyak hal di dalam kehidupan Rehabeam, termasuk hal di dalam keluarga maupun kerajaan yang dipimpinnya, dilakukan berdasarkan keputusan manusia & diri sendiri, tanpa melibatkan pimpinan Tuhan sama sekali di dalamnya.
– Dari apa yang dilakukan oleh Rehabeam, jelas terlihat bahwa dia bukanlah figur seorang pemimpin yang baik, dalam keluarga maupun sebagai pemimpin bangsa.
– Seorang pemimpin yang baik harus terus-menerus berpaut pada Tuhan. Dengan begitu, ia akan sanggup menunjukkan sikap & teladan yang baik bagi keturunannya, juga rakyatnya.
– Pemimpin yang baik akan menyusun strategi & kebijakan-kebijakan yang tidak berpusat untuk menguntungkan diri dan keluarga sendiri. Mari kita berdoa agar Tuhan membangkitkan pemimpin seperti ini di negara kita & juga di dalam gereja kita!