– Elia diutus Tuhan untuk menyampaikan nubuat kepada orang yang tidak mau tunduk kepada Allah & tidak akan mendengarkan nubuatnya. Namun demikian, Elia tetap menemui Ahab. Ia menyadari keberadaan dirinya sebagai hamba Allah yang harus tunduk pada perintah tuannya, yang tidak boleh dengan alasan apa pun menuruti kemauannya sendiri.
– Elia pun taat ketika diperintahkan Tuhan ke sungai Kerit. Sebagai hamba memang hanya perlu TAAT. Ketaatan Elia berbuah. Tuhan memelihara dia selama musim kering itu melalui seekor gagak. Tuhan mau & bisa menggunakan siapa saja untuk melaksanakan karyaNya, juga seekor gagak. Kuncinya hanya taat kepadaNya. Itu saja!
– Kisah pemeliharaan Tuhan ini tidak berhenti dalam hidup Elia, tetapi berlanjut sampai saat ini dalam kehidupan setiap kita. Kesulitan yang kita hadapi ketika kita menaati firman Tuhan akan membuat kita semakin mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Oleh karena itu, janganlah takut! Pandanglah Tuhan dan berharaplah senantiasa pada pertolongan-Nya.
– Elia pada masa itu harus bergantung pada Tuhan melalui sungai Kerit, burung gagak dan juga janda di Sarfat, begitu pula janda di Sarfat & anaknya yang juga bergantung sepenuhnya dengan mujizat dari Tuhan. Maka kita diarahkan supaya setiap usaha, pekerjaan & semua yang kita rancangkan atas kehidupan ini kita serahkan pada Tuhan untuk disempurnakan olehNya. Supaya jangan rancangan kita yang jadi atas hidup kita, tetapi biarlah kehendak dan rancangan Tuhan yang terjadi dalam hidup kita.
– Ketika harus menantang 450 nabi Baal di gunung Karmel, Elia menunjukkan di hadapan bangsa Israel, siapa Tuhan. Elia maju dengan keyakinan penuh. Walau sendirian, ia tahu Tuhannya hidup & percaya Tuhannya adalah Tuhan yang benar. Ia tak ragu sedikitpun Tuhan itu dahsyat.
– Keyakinan Elia kepada Tuhan tak digoyahkan oleh sedikitnya pendukung yang berpihak kepadanya. Tak dilemahkan oleh ancaman maupun tantangan yang menghadang. Keyakinan seperti ini dapat kita miliki juga bila jika mau terus bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Tuhan. Dengan terus setia mempelajari firman-Nya & dengan terus melibatkan Tuhan ketika menjalani hidup ini.
– Sebagai hamba Tuhan yang harus mengemban tugas yang berat & penuh tantangan, ada saatnya yang membuat Elia menjadi takut, lemah & bersungut-sungut. Ia mengira bahwa ia telah bekerja keras untuk Tuhan. Ia memandang dirinya sudah berjerih lelah dan berkorban untuk kepentingan Tuhan. Pada akhirnya, ia pun lelah.
– Di tengah keletihan fisik yang mungkin kita hadapi ketika melayani Tuhan, ingatlah bahwa Tuhan tetap peduli pada kondisi fisik kita. Seperti Tuhan sungguh peduli pada Elia. Bukan cuma kerohanian & kegiatan yang biasa kita labeli sebagai “rohani”, tetapi Tuhan juga peduli bahwa Elia butuh makan & tidur (istirahat). Tuhan memberikan makanan yang cukup & istirahat yang lelap agar Elia bisa memulihkan energi.
– Kita terkadang suka melabeli berbagai aktivitas kita sebagai “rohani” & “duniawi”, tetapi bagi Tuhan seluruh aspek di dalam hidup kita terjadi di hadapan-Nya. Pembedaan itu tidak relevan di hadapan Tuhan. Dia peduli pada keseluruhan hidup kita.
– Walau Elia mengira pertempurannya dengan nabi-nabi Baal merupakan klimaks pengalaman rohaninya bersama Tuhan, Tuhan menyatakan hal berbeda: Ia hadir bukan di tengah hingar-bingar panggung dan di bawah lampu sorot, tetapi IA hadir di tengah keheningan.
– Panggung itu menguras habis energi Elia, tetapi di tengah keheningan dan kesendirian Elia, Tuhan datang menjumpai dia, memulihkan energinya, sebelum mengutusnya kembali.
– Dalam rutinitas hidup kita, sediakan waktu untuk menenangkan hati, berdiam diri, dan belajar mengenal Tuhan sebagaimana Dia menyatakan diri-Nya kepada kita dalam pengalaman hidup sehari-hari.
Kiranya melalui kisah Elia kita bisa mendalami makna Natal yang sesungguhnya di tengah kesibukan kita & mendapat kepenuhan & damai sukacita sejati di dalam Kristus Yesus, yang karenaNya kita merayakan Natal.