– Karena Ahab tidak mau mendengar suara firman Tuhan yang sudah memperingatkan dia berkali-kali. Akibatnya ketika ia maju berperang, ia harus tewas terbunuh dalam peperangan. Tuhan sudah mengingatkannya melalui nabi Mikha.
– Sebenarnya Ahab punya kesempatan untuk bertobat akan kesalahan-kesalahannya ketika di tegur oleh nabi Mikha. Tapi karena keengganannya mendengarkan Firman yang menegur itulah yang akhirnya mmbinasakan dirinya sendiri.
– Ia lebih memilih mendengarkan 400 nabi-nabi yang sepertinya merupakan nabi-nabi yang dipilih oleh raja Ahab sendiri, yaitu nabi-nabi yang disukai karena suka menubuatkan yang baik-baik, yang sedap didengar, yang manis di hati. Dan para nabi-nabi ini juga adalah nabi-nabi yang ingin mendapat jabatan yang baik di mata raja, karena itu mereka selalu mengatakan hal yang baik di hadapan raja, yang manis di dengar, & yang menyukakan telinga raja.
– Kisah raja Ahab ini harusnya menjadi peringatan bagi kita; agar tidak menuntut firman yang nyaman didengar, yang menyukakan telinga kita, yang membuat kita ketawa saja. Namun kejarlah Firman yang sejati, yang dapat membentuk hidup kita, mengoreksi kekeliruan yang kita perbuat, yang mengarahkan kita untuk serupa dengan Kristus.
– Jadilah orang Kristen yang memiliki mental tidak hanya menuntut dan mau menerima Firman Tuhan yang mudah dimengerti, tapi menuntut diri untuk mengerti firman yang susah dimengerti. Karena mental seperti inilah yang akan membawa kita memiliki kehidupan yang lebih baik di mata Tuhan.
– Dibutuhkan kerendahan hati untuk memiliki sikap ini. Berdoalah setiap kali kita hendak mendengarkan Firman & katakan kepada-Nya, Sang Sumber Inspirasi, untuk menolong kita mengerti setiap Firman yang dibaca atau diberitakan. Itulah bagaimana seorang Kristen sebagai pendengar Firman yang semestinya.