– Hikmat yang benar muncul dari pengenalan secara pribadi manusia dengan Tuhan. Dalam kitab Pengkhotbah siapa saja yang memiliki hikmat yang benar diibaratkan seperti memperoleh harta warisan yang akan menjamin masa depannya(7:11).
– Manfaat hikmat yang benar menurut nats ini adalah: memampukan kita untuk mengerti persoalan kehidupan (10,12b), memberikan kita kesanggupan bagaikan kekuatan 10 penguasa kota (19).
– Meskipun demikian kita perlu belajar membedakan antara hikmat yang benar & hikmat yang salah. Hikmat yang salah menyebabkan kemalangan bagi diri sendiri & bagi orang lain (15-17).
– Kita semua memerlukan hikmat yang benar agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan bagi hidup ini. Hidup tanpa hikmat yang benar menyebabkan kerugian yang tak perlu.
– Bagi sebagian orang, keseriusan menjalani hidup menurut kehendak Tuhan dianggap tindakan yang berlebihan. Hal ini juga disinggung oleh Pengkhotbah, “Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri?” (16).
– Bagi Pengkhotbah, kesalehan hidup bukan solusi kehidupan. Kita tidak dapat mengatur masa depan, bahkan tidak dapat menyelami pekerjaan Allah. Karena itu, kita harus percaya kepada Tuhan, bukan kepada kesalehan diri.
– Jika hidup kita penuh kefasikan, maka perbuatan jahat akan berbalik menekan (8:6) & kita akan lebih cepat menemukan kebinasaan (17).
– Tuhan menghendaki kita hidup saleh dalam kehendakNya. Sebab, hidup kita ada di dalam tanganNya. Karena itu, percaya & hiduplah bersandar kepada Tuhan, dan bukan pada kesalehan diri yang tidak sempurna.
– Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang mengutamakan Tuhan. Ini berarti ia mementingkan kehendak Tuhan di atas kepentingan pribadi dan rela mengorbankan diri sendiri demi melaksanakan kehendak Tuhan.
– Namun, terlalu sering kita mengedepankan kehendak pribadi daripada firman Tuhan; kadang kita malah memakai nama Tuhan untuk membenarkan tindakan kita.
– Terkadang niat tulus kita untuk hidup takut akan Tuhan menemui jalan buntu tatkala kita membandingkan diri dengan orang yang hidup tidak takut akan Tuhan. Kita tidak bisa menerima kenyataan mengapa hidup mereka bisa lancar, sedangkan hidup kita sering melewati “jalan berbatu” (8:10-11).
– Kendati hidup takut akan Tuhan terkadang terasa sulit, tetapi itu adalah “jalan” yang paling bahagia sebab hal ini menjauhkan kita dari dosa & menyelaraskan hidup kita pada kehendak-Nya.
– Ingatlah, Tuhan melihat jerih payah kita dalam melakukan firman-Nya dan IA akan memberkati setiap orang yang setia kepada-Nya pada waktu-Nya (12-13).
– Suatu saat kelak IA akan bertindak dengan membalas perbuatan orang-orang yang hidup tidak takut kepada-Nya.
Percayalah bahwa Allah itu adil. Pada akhirnya, Ia akan menegakkan keadilan-Nya.