Amsal 11-12
– Pernahkah dalam hidup ini kita mencoba mencari tahu hal apakah yang diperkenan oleh Tuhan? Apa yang kira-kira menjadi bahasa kasih-Nya? Penulis Amsal mengatakan bahwa dasar hikmat & kebnaran yang sejati haruslah “apa yang berkenan kepada Tuhan” yang menguji segala sesuatu (1), yang akan menghindarkan kita dari keangkuhan yang mendatangkan cemooh (2).
– Hari ini banyak orang berusaha mencari bahasa kasih dari orang yang dicintainya, namun dengan motivasi yang salah. Ketika orang yang kita kasihi berbahagia, maka kita bisa mendapatkan apa yang kita kehendaki dari orang yang kita kasihi. Tapi tidak demikian halnya dengan Allah. Allah mengenal hati & motivasi kita. Dia terus menguji kita dengan kebenaran-Nya.
– Salah satu syarat bagi mereka yang mau belajar adalah siap untuk menerima koreksi. Kata “didikan”(1) adalah tentang disiplin. Dalam pendidikan karakter & kepribadian, kita membutuhkan disiplin yang ketat agar kita dapat menjadi orang yang berhikmat & bijaksana.
– Pengamsal membuat perbandingan antara orang benar & orang fasik. Orang benar mengarahkan diri kepada keadilan, sedangkan orang fasik cenderung menipu.
– Pengamsal menjelaskan bahwa org benar adalah org yang bijak & baik serta mencintai didikan, pengetahuan & keadilan, tidak bersifat memperdaya (5), tidak egois (6), memiliki kualitas tahan lama (7), tanpa pamrih (9), setia (11), dan tekun (12). Intinya, segala sesuatu dikerjakan sebagai bentuk pelayanan kepada Allah yang hidup.
– Sedangkan orang fasik lebih mencari kepentingan & keuntungan diri sendiri. Mereka tidak memiliki rasa takut akan Allah yang membuat mereka berpikir tentang adanya hari esok. Niat & nafsu mereka dipenuhi dengan kedengkian, iri hati & kesia-siaan (5a, 10a-11,12a).
– Bagi yang melakukan kejahatan, mereka tidak akan memiliki dasar yang kokoh untuk berdiri. Namun orang benar akan teguh berdiri di atas Kristus sebagai landasan mereka yang teguh!
– Nasihat berulang Amsal untuk menjaga mulut (6,13-14, 17-19,22) menunjukkan betapa dahsyatnya kerugian atau celaka yang bisa terjadi sebagai akibat kata-kata yang tidak bijaksana, yang merupakan penyalahgunaan indera bicara yang Tuhan telah anugerahkan kepada kita.
– Mengingat dampak yang bisa dimunculkan oleh kata-kata, penting bagi kita untuk memeriksa motivasi di balik setiap perkataan kita (20). Perkataan orang berhikmat bagai padang penggembalaan yang menyegarkan, membangkitkan semangat dan memperbarui harapan orang yang putus asa (25). Sebaliknya nasehat orang fasik sesat & menyesatkan orang lain (21,26).
– Amsal juga berbicara mengenai kerajinan sebagai lawan dari kemalasan (24, 27). Kemalasan akan memiskinkan, baik secara ekonomi, begitu pula dalam hal kreativitas. Alhasil orang malas akan mendapatkan dirinya bergantung pada orang lain, sebaliknya kerajinan akan memperkaya orang. Dalam hal ini bukan semata-mata masalah harta, tetapi terutama kreativitas untuk menggali lebih banyak lagi berbagai sumber dalam hidup.
– Kata-kata yang baik dan keluar dari motivasi yang mulia, serta dikombinasi dengan kerajinan berbuat baik akan menghasilkan kehidupan yang sejahtera, akan menjadi berkat bagi orang lain, dan mempermuliakan nama Tuhan.