Amsal 13-14
– Amsal 13 dapat kita bagi dalam 3 tema besar:
1.) Pentingnya seorang yang bijaksana memelihara kebenaran (1-6).
2.) Perenungan tentang hakekat kekayaan sejati dalam kehidupan (7-11), yang tidak dapat diukur berdasarkan materi,
melainkan dinilai dengan ukuran kerohanian, yakni kebenaran yang memiliki nilai kekekalan.
3.) Perenungan tentang akibat yang diterima baik oleh orang bijak maupun orang fasik, ketika mereka menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan mereka (14-25).
– Kunci penting dalam Amsal “Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan yang baik & bahagia (13-25).”
– Ingatlah bahwa ajaran & nasehat bijak adalah sumber kehidupan, sehingga orang-orang terhindar dari jerat-jerat maut.
– Amsal 14 menguraikan perbandingan antara jalan orang bijak dengan orang bodoh. Si bijak membangun rumah yang kokoh, sementara si bodoh
mmbangun rumah yamg rapuh (1).
– Jalan orang bodoh digambarkan: menghina Tuhan (2), membenci teguran & didikan (3), merendahkan agama (9), melampiaskan nafsu (16), lekas naik darah (17) . Pada dasarnya, mereka tidak memiliki rasa takut dan hormat kepada Tuhan (2).
– Kesalahan akibat kebodohan sendiri terjadi saat kita mengikuti nasihat & keinginan yang egois. Kebodohan akan makin ditambahkan jika kita menyalahkan Tuhan atas kekacauan dalam hidup kita.
– Sementara orang yang bijaksana akan mengambil tanggung jawab atas kesalahan mereka & belajar dari hal itu.
– Alkitab menguraikan hikmat bukan sekadar kebijaksanaan. Pemahaman ini merujuk kepada relasi kita dengan Allah, Sang Pemberi & Tujuan Hidup kita.
– Amsal juga menyinggung tentang “IRI HATI”. Iri hati berasal dari perasaan tidak puas terhadap diri sendiri karena melihat keberadaan & keberhasilan orang lain. Rasa iri bisa melanda siapa saja dan di mana saja, di gereja, di tempat kerja atau di dalam keluarga.
– Iri hati adalah salah satu senjata yang dipakai iblis untuk memecah-belah anak-anak Tuhan dan menjadi penghalang dalam mengasihi orang lain. Bila tidak segera diselesaikan dengan tuntas, iri hati dapat menjadi kepahitan yang membusukkan tulang(30).
– Perlu kita sadari bahwa perasaan iri hati tidak akan membawa kebaikan bagi kita. Iri hati tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga sangat merugikan diri sendiri. Maka kita harus segera memeriksa diri kita sendiri, apa yang telah membuat kita menjadi iri hati terhadap orang lain.
– Daripada membuang energi untuk iri, belajarlah melihat potensi terbaik yang ada di dalam diri kita & kembangkan terus. Bila kita fokus pada apa yang kita miliki, kita akan bersyukur apa pun keadaan kita; namun bila kita tertuju pada apa yang tidak kita miliki dan melihat keberadaan orang lain terus, kita akan selalu berpikiran negatif & tidak bisa bersyukur.
– Mari kita mohon agar Roh Kudus menjelajah hati kita & menghancurkan smua iri hati yang masih mengikat kita, sehingga damai sejahtera Tuhan lah yang kembali menguasai & memenuhi hati & hidup kita.