– Mikha menubuatkan penghiburan dari Tuhan di tengah situasi bangsa yang sulit: bahwa tidak akan ada lagi perang (4:3). Pada masa itu, bangsa-bangsa akan menjadikan senjata mereka sebagai perlengkapan pertanian yang dapat menunjang kehidupan. Kedamaian akan melanda dunia.
– Banyak orang akan datang ke Yerusalem untuk mempelajari jalan Tuhan melalui Israel. Tuhan akan menjadi Hakim atas bangsa-bangsa besar (2-3). Memerhatikan semua janji-janji itu, Mikha mendorong Israel memunculkan komitmen untuk berjalan di jalan Allah dan bukan yang lain (5).
– Memang sulit untuk percaya bahwa ada harapan di tengah situasi dunia yang memburuk. Namun Allah punya rencana atas masa depan dunia. Maka sebagai pengikut Kristus, kita harus mengikuti pimpinan Tuhan dalam setiap masa sulit. Kita tidak perlu takut bahwa dunia ini akan tidak terkontrol. Apapun yang kita alami, ingatlah bahwa tak ada satupun yang dapat menggagalkan rancangan Allah bagi dunia.
– Pada zaman Mikha, kota Betlehem Efrata adalah sebuah kota kecil di Yehuda; kota yang kurang diperhatikan dan diperhitungkan secara politik, sosial, ekonomi & agama, serta tidak mendapat tempat di hati para penguasa. Namun ternyata dari kota kecil yang pengharapannya hampir sirna ini akan muncul Mesias, Sang Pemimpin Besar, yang pemerintahannya jauh melampaui batas-batas wilayah Israel & Yehuda serta diakui dunia.
– Kita diingatkan dan diteguhkan bahwa pemerintahan Allah jauh mlebihi kekuasaan siapa pun. Kita diajak untuk tidak mengabaikan “yang terkecil”, & tidak terjebak dalam sindrom minoritas. Allah merombak cara pandang & sikap manusia, untuk tidak meremehkan hal-hal yang kecil.
– Kehidupan ini tidak terletak di dalam kecil atau besar, tetapi di tangan siapa yang kecil dan besar itu berada. Hidup kita berada dalam naungan kasih Kristus, sang Pemimpin Besar kita yang muncul dari kota kecil Betlehem. Kebesaran itu tidaklah terletak pada parameter manusia melainkan pada kuasa & campur tangan Allah sendiri.
– Sesuatu yang bagi kita tidak penting, kurang berarti, kurang diperhitungkan dibandingkan yang lain dalam penilaian manusia dapat dijadikan Allah sebagai sesuatu yang penting, dan bahkan menjadi sumber sukacita dan damai sejahtera.
– Melalui Mikha, Tuhan mempunyai tuntutan terhadap umat-Nya: berlaku adil, setia dan rendah hati. Adil berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus & tulus; suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Setia adalah patuh & taat, berpegang teguh pada janji, pendirian, dan sebagainya. Rendah hati adalah karakter yang Tuhan senangi & lawan dari keangkuhan yang dibenci Tuhan. Rendah hati di hadapan Allah adalah mengakui kuasa dan kekuatanNya ditengah-tengah kehidupan kita, bahwa Tuhanlah yang memegang kendali atas kita.
– Pada zaman Mikha, situasi dan negeri Israel memang jauh dari harapan. Namun demikian, Mikha tidak putus asa. Dia mengarahkan mata hatinya kepada Tuhan & berharap Allah tetap setia menggembalakan umat Israel yang sering berlaku tidak setia. Sang Nabi hanya mengandalkan Allah.
– Dengan menggunakan frasa “kambing domba milik-Mu sendiri”, Mikha menegaskan bahwa Israel adalah kepunyaan Allah sendiri. Itulah yang mendorong Sang Nabi meminta pertolongan Allah. Mikha merasakan bahwa Allah bukanlah Pribadi yang terus-menerus mendendam, tetapi akan memaafkan pelanggaran umat-Nya, selama mereka memohon dan hidup dalam pengampunanNya.
– Demikianlah pengharapan Mikha yang sekaligus menutup nubuatnya. Demikian jugalah seharusnya pengharapan kita sebagai orang percaya.