– Babel adalah salah satu negara yang terkenal dengan ilmu pengetahuan & ilmu gaibnya. Daya tarik mereka sangat kuat sampai menjerat Israel. Kini Allah menantang mereka mengerahkan semua jampi, sihir, mantera, kebijaksanaan, pengetahuan, dan ilmu perbintangan yang mereka andalkan untuk mencoba menampik kehancuran yang akan Allah kirimkan (47:8-15).
– Hal yang sesat hanya menghasilkan kesesatan. Semua api tidak kudus hanya akan membakar dan menghanguskan (14). Hanya jalan Allah saja dapat membawa orang kepada keselamatan. Semua jalan lain hanya membawa kebinasaan.
– Kita sering berjumpa orang yang berkuasa, berpengaruh & berharta dengan mengandalkan jampi & “ilmu-ilmu.” Kita dapat tergoda menggunakan itu untuk memiliki kuasa, pengaruh dan harta. Nubuat kejatuhan Babel ini seharusnya membuat kita berpikir dua kali sebelum menempuh jalan sesat itu.
– Melalui nabi Yesaya Tuhan kembali mengingatkan bangsa Israel akan kemunafikan mereka (48:1-2). Allah menegur sikap mereka yang mengaku umat Allah, tetapi tidak hidup menurut hukum-hukum-Nya & tidak hidup dengan sungguh-sungguh dan tulus hati.
– Setelah menegur, Allah juga mengemukan tujuanNya menimpakan malapetaka kepada Israel (9-11). Yaitu, supaya umat-Nya tidak lagi mencemarkan nama-Nya dengan membandingkan bahkan menyandingkan Dia dengan berhala-berhala lain & tidak membagi “kemuliaan”Nya dengan allah lain (11).
– Teguran Allah bagi Israel berlaku juga bagi kita. Tidak dapat dipungkiri, seringkali kita sama seperti orang Israel. Kita menyandingkan kemuliaan Allah bersama-sama dengan materi, kuasa, pekerjaan atau mengidolakan seseorang. Sebab itu mari kita berkomitmen untuk selalu menempatkan Allah sebagai satu-satunya yang terutama di dalam hidup kita di atas segala-galanya.
– Bangsa Israel 3 kali diminta Tuhan untuk mendengarkan (48:12, 14, 16). Kata “dengar” pertama adalah pernyataan tentang kemahakuasaanNya. Yang kedua adalah pernyataan pimpinan-Nya terhadap bangsa Babel. Yang ketiga berhubungan dengan rencana penebusan-Nya (17-22).
– Sebagai orang percaya dan pelayan Tuhan, kita harus senantiasa “mendengar” firman Tuhan. Mendengar & melakukan kehendak-Nya. Maka, janji-Nya kepada Israel pun menjadi janji untuk kita (18-19). Janji Tuhan itu ya & amin.
– Setiap perintah dari Tuhan bukanlah suatu beban yang mengekang hidup kita. Ada damai sejahteraNya yang tersedia bagi orang-orang yang mau setia dan taat kepadaNya.