– Bangsa Israel mencoba menghadirkan Allah dengan mengandalkan pikiran, kekuatan & kekayaan mereka. Melakukan apa yang menjadi kehendak mereka. Bahkan mereka telah melakukan kekejian di mata Tuhan.
– Ternyata apa yang di mata manusia istimewa, belum tentu berarti di mata Tuhan (23). Kegiatan rohani pun tidak: tanda sunat yang dimiliki bangsa Israel bukan sesuatu yang layak dimegahkan, demikian pula potongan rambut tertentu dari bangsa-bangsa lain sebagai salah satu tanda ibadah mereka (25-26). Hukuman justru sudah menanti karena hati mereka tidak tertuju pada Tuhan (26).
– Yang bisa dibanggakan oleh manusia hanya Tuhan sendiri! (24). Sang Pencipta ingin agar umat-Nya bangga karena diberi kehormatan yang istimewa untuk mengenal Dia & menghargai kasih karunia itu dengan sungguh-sungguh berusaha memahami isi hati-Nya.
– Jangan pernah memahami dan mengenal Allah yang menyatakan kasih setia, keadilan & kebenaran dengan cara kita sendiri, yaitu cara yang tidak benar sebagaimana yang dilakukan umat Israel yang tidak bersunat hatinya.
– Seberapa istimewa & pentingnya pengenalan akan Tuhan di mata kita & bagi kita? Mengenal Tuhan berbicara tentang sebuah relasi yang intim. Dimulai dari sikap hati yang penuh syukur menanggapi kasih karunia-Nya, kemauan untuk memperhatikan firmanNya, dan ketaatan untuk mlakukan apa yang disukaiNya.
– Sebab oleh Anugerah Allah, IA memberikan FirmanNya yang menjadi sarana pemahaman dan pengenalan akan Allah. Pemahaman dan pengenalan akan Allah ialah memberikan tempat bagi Firman Tuhan untuk bekerja menguasai hati & pikiran kita, hasilnya akan mendatangkan kebahagiaan, dalam arti kita akan bermegah dalam kasih setia, keadilan & kebenaran Tuhan.
– Firman Tuhan telah menyebutkan: ‘Siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena ia memahami dan mengenal Aku.” Bermegahlah dalam kasih setia, keadilan dan kebenaran Tuhan!