– Bacaan kita hari ini menunjukkan Allah yang tidak mau hadir dalam ibadah umat Israel (7:3,7). Karena perilaku & sikap hati mereka seperti penyamun: masuk ke rumah ibadah hanya mencari rasa aman, tetapi tingkah laku mereka tidak pernah berubah (8-10). Para pemimpin di Bait Tuhan juga memiliki andil besar atas penyalahgunaan ibadah ini sehingga Tuhan menyebut perkataan mereka sebagai dusta (4). Umat jadi merasa selalu di pihak Tuhan dan diberkati Tuhan meski di luar Bait Tuhan terus mengulang kejahatan (10).
– Gereja atau persekutuan kristiani bukanlah tempat untuk mencari rasa aman & berbagai alasan pemaaf untuk kelakuan kita yang jahat. Jika selama ini kita mempraktikkan mental penyamun, mari bertobat! Tuhan berkenan atas umat yang datang dengan gentar dan sesal mengakui segala kebobrokannya, dan mau berbalik memperbaiki hidup bersama-Nya.
– Mari berdoa agar gereja-gereja di Indonesia dipenuhi dengan makin banyak anak-anak Tuhan yang hidupnya sungguh-sungguh diubahkan oleh Firman dan menjadi agen perubahan di tengah bangsa yang dikenal saleh tetapi masih sarat dengan kejahatan & malapetaka ini.
– Setiap anak Tuhan dipanggil untuk menghadirkan ibadah sejati dalam hidupnya: hidup umat yang sesuai Firman Tuhan setiap hari.
– Yeremia mengeluhkan keadaan bangsa Yehuda yang tak mau menyesali dosa mereka. Mereka lebih memilih berpegang pada tipu & menolak untuk kembali (5). Ketiadaan rasa menyesal pun menjadi sebab mengapa kedamaian dan kesembuhan menjauh (15). Padahal di bagian lain Alkitab disebutkan, hati yang patah dan remuk tidak akan Tuhan pandang hina.
– Terbiasa menyesal akan membuat kita merenungi kekurangan diri sendiri. Hal itu akan menolong kita untuk bekerja secara lebih bertanggung jawab. Penyesalan menolong kita mengembangkan sikap peduli, mengasihi & rendah hati.
– Hukuman yang berat harus dialami oleh umat Tuhan karena mereka terus menerus melakukan dosa tanpa memiliki kesadaran untuk bertobat dari dosa-dosa itu & kemudian berbalik kepada Allah.
– Yeremia mengatakan bahwa burung-burung yang bermigrasi pada musim-musim tertentu secara instingtif tahu kapan mereka harus berbalik arah & terbang ke tempat tertentu (8:7). Namun umat Tuhan yang mengaku memiliki Taurat tidak tahu kapan harus mengubah hidup (8-9). Para pemimpin agama pun tidak jauh berbeda. Mereka melakukan tipu daya terhadap umat & sedikit pun tidak merasa malu (8;11-12).
– Ketika umat diibaratkan seperti pohon, ternyata pohon itu tidak menghasilkan buah, seperti yang diharapkan oleh si pemilik pohon (8:13). Tak heran bila Allah murka atas umat sehingga akan menghukum mereka.
– Ini menjadi peringatan keras bagi kita untuk tidak hidup di dalam dosa. Karena itu marilah kita introspeksi diri: adakah dosa yang masih terus menerus berdiam di dalam hidup kita? Adakah dosa yang mengganggu hubungan kita dengan Tuhan? Apakah dosa itu menghalangi pertumbuhan kerohanian kita?
– Ingatlah bahwa setiap pelanggaran terhadap firman Tuhan hendaknya kita bereskan dengan segera. Maka mintalah pengampunan dari Allah dan tinggalkanlah jalan dosa itu. Kiranya firman Tuhan & suara Roh Kudus selalu menegur, menuntun & membantu kita.