– Karena dosa bangsa Israel yang sudah tak dapat ditolerir, Tuhan mendatangkan hukumanNya. Akan ada masa kekeringan yang panjang, yang akan melanda seluruh Israel. Bukan itu saja, Allah juga akan mendatangkan perang, kelaparan & penyakit sampar. Para nabi palsu dan seluruh keluarganya akan mati karena perang & kelaparan.
– Semua ini disebabkan oleh kekerasan hati bangsa Israel. Ini membuktikan Allah tidak kompromi terhadap dosa.
– Meski Yeremia membenci perbuatan bangsa Israel, tetapi ia tetap memiliki hati yang lembut. Ia datang di hadapan Allah meminta pengampunan
atas dosa bangsanya (17-18). Ia memohon kepada Allah agar tidak memalingkan wajahNya dari Israel & membatalkan niat-Nya menghancurkan Israel. Namun Allah menolak. Allah bahkan menyuruh Yeremia berhenti berdoa buat bangsa Israel (11).
– Sesungguhnya Allah itu panjang sabar, tetapi janganlah kita dengan sengaja membuat kesabaran Allah habis. Bila demikian, Allah tidak akan segan-segan menghajar kita, umat pilihanNya. Bila murka Allah sudah bulat, doa pun tidak bisa lagi membujuk Allah. Betapa mengerikan!
– Kerusakan moral pada zaman Manasye tampaknya begitu mendarah-daging sehingga reformasi Yosia pun tak cukup untuk meredakan murka Tuhan. Urusan dosa tidaklah sesederhana urusan utang- piutang yang cukup dicari selisihnya untuk menemukan jumlah yang harus dibayar.
– Kita bersyukur bahwa Yesus telah membayar lunas seluruh hutang dosa kita, sekarang IA ada di Surga menjadi pengantara kita, sehingga kita tidak perlu lagi dihantui dosa-dosa kita. Begitu dosa melilit hidup kita, campur tangan Kristus dapat melepaskan kita dari jeratnya.
– Kristus telah menyerahkan hidupNya untuk kita & tak ada apa pun di dunia ini yang dapat mengambil kita kembali dari dekapan kasih-Nya.
– Mengikut Tuhan bukanlah perkara mudah. Hari ini kita menyaksikan kenyataan yang sama dalam kehidupan Yeremia. Ia meratap, mempertanyakan jalan hidupnya kepada Tuhan.
– Yeremia merasa telah memberi yang terbaik dalam mengikut Tuhan, tetapi kini ia berada di tepi jurang. Ia telah memelihara hidup yang kudus, baik pribadi maupun publik (15:16-17), tetapi mengapa hidupnya sengsara & penuh keluh-kesah? Ia merasa bahwa Tuhan berlaku tak adil (18). Namun Tuhan tidak menjawab Yeremia menurut syarat dan ketentuan yang disodorkan; sebaliknya IA menawarkan perspektif yang baru: “Kehidupan orang-orang di sekitar memang seringkali menggiurkan, tetapi panggilan yang unik menuntut komitmen yang tak kalah unik. Tuhan menegaskan bahwa sebaik-baiknya pelayanan, bukan berarti manusia memiutangi Tuhan.
– Mengiyakan panggilan Tuhan menuntut komitmen tunggal: dalam kehidupan pribadi maupun publik, dalam perkataan juga seluruh hidup. Tuhan kembali menegaskan janji-Nya kepada Yeremia bahwa IA akan menjadi “tembok berkubu dari tembaga”, dengan klarifikasi bahwa kekuatan Tuhan di balik tembok tembaga ini akan terbukti bukan karena diabaikan orang, tetapi justru karena kuat berdiri tegak di tengah peperangan terhebat sekalipun (20-21).
– Tuhan tidak menjanjikan panggilan-Nya akan nyaman, tetapi IA berjanji akan selalu bersama kita melalui setiap pergumulan kita yang terhebat sekalipun. Asalkan kita selalu bersandar & tetap setia kepadaNya!