– Tuhan meminta Nabi Yeremia pergi ke rumah seorang tukang periuk untuk menyaksikan pekerjaannya. Yeremia menyaksikan bahwa ketika sebuah benda dari tanah liat telah rusak, tukang periuk itu membentuknya kembali (18:1-6).
– Allah ingin menjelaskan bahwa di dalam tangan-Nya, bangsa Israel bagaikan tanah liat, yang dapat dibentukNya menurut apa yang terbaik di mataNya.
– Tentang kesetiaan Sang Penjunan. Ketekunan-Nya, terus dan terus mengerjakan kembali tanah liat itu sampai menjadi bejana yang layak. Saat kita berontak & bentuk kita menjadi buruk, tangan Allah yang sabar tidak pernah berhenti.
– Lewat semua detail perkara dalam hidup kita, Dia masih memegang kendali & mengerjakan segala sesuatu dalam rencanaNya untuk kebaikan kita. Kasih-Nya terlalu besar sehingga IA terus menerus membentuk kita dengan tanganNya sendiri. Dengan kasih dan anugerah-Nya IA membentuk kita, menjadi bejana yang indah dan bisa dinikmati oleh banyak orang.
– Tidak ada hidup yang terlalu hancur untuk dapat dibentuk kembali oleh Allah. Dia mengasihi kita sekalipun kita tidak sempurna dan penuh kegagalan, dan Dia rindu untuk menjadikan kita indah.
– Bangsa Yehuda telah terlena sehingga susah diperingatkan. Orang-orang Yehuda mengeraskan hati mereka sehingga tak ada jalan lain untuk mengingatkan, menegaskan dan mengklarifikasi apa sesungguhnya panggilan Tuhan dalam hidup mereka.
– Seperti tembikar yang telah dibakar, umat Yehuda pun tampaknya membuat Tuhan habis sabar. Tak ada pilihan selain tembikar itu harus dipecahkan dan dibuang dari hadapan Tuhan. IA melihat hati. Ada kalanya IA cukup menegur dengan lembut, tetapi terkadang IA perlu menghajar dengan keras.
– Dalam kehidupan pribadi, dalam pelayanan, & di mana pun juga, belajarlah untuk selalu memiliki hati yang siap belajar dan terbuka untuk dibentuk Tuhan. Oleh sebab itu, jangan keraskan hati!
– Nabi Yeremia mengemban tugas yang sulit untuk mengumandangkan pesan-pesan Allah kepada bangsa Israel. Tugas itu membuatnya harus menanggung siksaan fisik, caci maki, pemenjaraan, dan pengucilan dari kaum sebangsanya.
– Walaupun Yeremia bergumul dengan kekecewaan yang amat mendalam, ia mempunyai Penolong yang setia yang selalu menyertainya melalui segala kesulitan.
– Allah tidak mengabaikan Yeremia, dan Dia juga tidak akan mengabaikan kita. Dia terus-menerus memberikan pertolongan melalui kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri setiap orang percaya. Sang Penolong memberi kita pengharapan, memimpin kita ke dalam kebenaran rohani, dan mencurahkan kasih Allah ke dalam hati kita.
– Kita dapat meyakini bahwa Allah setia menolong kita di tengah kesulitan yang sedang kita hadapi. Seperti Yeremia, kita dapat menyatakan, “Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah” (Yer. 20:11).