– Melalui Nabi Yeremia, Tuhan menegur bangsa Yehuda yang tersisa, karena mereka tinggal di Mesir dan hidup menyembah ratu sorga. Mereka telah melupakan hukuman yang Tuhan timpakan kepada nenek moyang mereka karena dosa mereka, yaitu bahwa raja, para imam, & rakyat menyembah berhala (44:9).
– Mereka kembali ke Mesir sebagai bentuk “pertobatan” kepada ratu sorga yang sempat mereka lalaikan dan mereka tinggalkan, beranggapan bahwa kemakmuran berasal dari ketaatan kepada ratu sorga & bahwa malapetaka yang terjadi merupakan hukuman dari ratu sorga karena mereka berhenti membakar korban bakaran kepadanya (17-18).
– Mereka bukan melupakan peristiwa yang telah terjadi (19), namun mereka mengabaikan firman Tuhan. Betapa serius akibat yang dihasilkan bila melupakan firman Tuhan!
– Sisa Yehuda melupakan pengajaran firman Tuhan. Bagi mereka, hidup adalah sekedar mengejar kemakmuran. Mereka bersedia untuk sujud menyembah ilah lain yang dianggap bisa memberi kemakmuran.
– Akibatnya, mereka menjadi tidak peka terhadap teguran Tuhan. Hati mereka mengeras sehingga teguran Tuhan tidak mereka dengar.
– Barukh sebagai sekretaris Yeremia merasa kesal dengan kenyataan karyanya menuliskan firman Tuhan melalui mulut Yeremia dirobek dan dibakar begitu saja oleh sang raja. Belum lagi ia terus menerus menyaksikan & ikut merasakan penolakan umat Yehuda atas sang nabi.
– Kadang kita merasa sudah berjasa dalam pelayanan sehingga merasa berhak untuk dihormati atau diberkati. Padahal, siapakah kita di hadapan Allah yang berdaulat dan beranugerah? Hal itu yang diungkapkan oleh Barukh dalam keluhannya (3).
– Jawaban Tuhan atas keluhan Barukh menunjukkan kedaulatan-Nya atas para
hamba-Nya. Yeremia pernah mengeluh kepada Tuhan atas beban pelayanan yang dirasanya terlalu berat. Tuhan mengizinkan Yeremia mengeluh, tetapi tidak mengabulkan keinginannya. Yeremia harus tetap tunduk pada kedaulatan Allah untuk setia memberitakan nubuat penghukuman atas umat Yehuda.
– Jawaban Tuhan kepada Barukh menunjukkan bahwa Allah berdaulat atas hidup Barukh. Maka, Barukh tidak patut untuk mengeluh, apalagi menganggap diri berjasa. Sebaliknya Barukh harus belajar bersyukur karena Allah menganugerahinya keselamatan dan keluputan dari malapetaka yang menimpa Yehuda dan Yerusalem.
– Memang tidak mudah untuk bersyukur ketika menghadapi permasalahan dalam pelayanan. Namun, kita harus selalu ingat bahwa panggilan kita ialah untuk melayani-Nya dengan tetap setia dan bersyukur. Kita patut bersyukur karena kepercayaan-Nya kepada kita untuk melayani Dia. Juga untuk pemeliharaan-Nya atas kita saat kita setia melayani Dia.