Pembacaan Alkitab Tgl 12 Juli 2019

Lukas 6

– Banyak orang datang kepada Yesus untuk melihat kehebatanNya dalam hal menyembuhkan sakit penyakit, mengusir roh jahat & untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Namun, Yesus menunjukkan kepada mereka hal yang lebih penting dan mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kesehatan, kelepasan dari tekanan mental, ataupun dipenuhi dengan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari.

– Kebahagiaan sejati adalah mengenal Allah dan kehendakNya, serta hidup di dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya (20-23). Kemiskinan, kelaparan, dukacita karena dibenci, ditolak & disalahmengerti, bahkan sampai kematian sekali pun tidak dapat menghilangkan sukacita kita karena mengetahui bahwa kita dikasihi Tuhan.

– Kebahagiaan yang sejati adalah ketika seseorang dapat menikmati hidup yang Tuhan berikan saat ini dengan suatu antisipasi pasti untuk hidup yang kelak jauh lebih baik. Itu terjadi bukan karena hidup sekarang sudah tidak ada penderitaannya lagi, tetapi karena kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup sekarang ini.

– Yesus mengajarkan “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”(31)

– Kita perlu berubah menjadi pribadi yang lebih baik & bisa memahami cara pikir orang lain. Ingin orang yang membenci kita berdamai dengan kita, kitalah yang harus berubah lebih dahulu dengan berbuat baik kepadanya & menganggapnya teman. Ingin orang lain mengerti perasaan kita, kita harus lebih dahulu mengerti perasaan orang lain.

– Jangan berpikir: orang lain yang tindakannya buruk, mengapa kita yang harus berubah? Ini bukan membenarkan tindakan negatif orang lain dan meniadakan tindakan positif kita. Kita perlu memahami cara pandangnya. Mungkin orang itu tidak mau berubah, tetapi kita berubah menjadi lebih sabar atau lebih bisa menguasai diri dan kita mendoakan orang itu agar berubah menjadi lebih baik. Di sisi lain, kita pun harus berubah semakin dewasa secara rohani dan semakin serupa dengan Kristus.

– Kita menyenangkan hati Tuhan dengan terus bertumbuh dan berubah seiring dengan bertambahnya usia kekristenan. Kiranya orang yang kita doakan pun berubah karena merasakan perubahan hidup kita.

– Dalam pengajaran Yesus tentang hal mengampuni, menolong kita untuk memahami perbedaan antara orang yang telah & yang belum mengalami anugerah Allah. Mereka yang telah menerima pengampunanNya haruslah tampil berbeda dari orang-orang pada umumnya. Kita harus melakukan apa yang dianggap orang tidak mungkin, yakni mengampuni & mengasihi musuh kita.

– Oleh anugerah Tuhan, kiranya kita dimampukan untuk mengakhiri kepahitan dan perselisihan kita dengan orang lain, mereka yang tidak menyukai kita & yang telah menyakiti hati kita.

– Pengalaman-pengalaman negatif yang kita jumpai dalam hidup dapat diubah menjadi berkat & sukacita bila kita memiliki kemauan untuk mendengarkan nasihat Yesus.

– Kadang orang kristiani sering menuntut orang lain untuk mempunyai standar tinggi yang dimiliki Kristus tanpa lebih dulu melihat diri sendiri (42). Bila kita bersikap congkak & merasa diri paling benar, maka kata-kata kita akan berbalik menyerang kita sendiri. Meski perkataan kita mungkin benar, kita perlu mengatakannya dengan rendah hati dan dengan menyadari bahwa apa yang kita katakan itu terkadang juga merupakan kelemahan kita sendiri. Kita perlu mendorong orang lain untuk melakukan yang benar.

– Orang kristiani patut saling mendorong sesamanya untuk memiliki sikap dan perbuatan yang penuh kasih. Namun karena kita semua masih bertumbuh dalam Kristus, kita tidak boleh menghakimi atau merendahkan orang lain. Yang perlu kita miliki adalah sikap saling menguatkan dengan penuh kasih. Sikap yang lain hanya akan menunjukkan hati seseorang yang merasa paling benar.

– Kiranya tuntutan kita terhadap orang lain akan melunak ketika kita menyadari kelemahan diri sendiri. Semakin dalam kita mengenal diri sendiri semakin sedikit kita mengkritik orang lain.

– Hati kita ibarat cermin kehidupan. Apa yang tersimpan di dalamnya akan terpancar keluar dengan sendirinya. Ketika kita mengisi perbendaharaan hati dengan kasih, sukacita dan kemurahan, kehidupan kita pun dapat menjadi berkat bagi sesama. Sebaliknya, apabila di sana tersimpan iri hati, amarah, serta kebencian, kehidupan kita justru akan menjadi batu sandungan (45).

– Beberapa orang mungkin dapat merekayasa tampilan luar mereka dengan kemunafikan, tetapi itu hanyalah sementara. Percayalah, tidak ada kepura-puraan yang bisa bertahan lama! Seperti pohon dikenal dari buahnya, demikian manusia dikenal melalui perbuatannya. Dan setiap perbuatan manusia tidak lain merupakan tampilan dari apa yang tersimpan di hatinya (43-44).

– Bagaimana kita mengisi perbendaharaan hati kita selama ini? Ingat, sebagai anak Tuhan, kita mengemban misi untuk menjadi terang. Misi itu jelas tidak dapat digapai apabila di dalam hati kita masih tersimpan kebusukan. Karenanya, kita harus menyingkirkan segala hal yang jahat, lalu menggantikannya dengan sikap hati yang memuliakan Tuhan. Ketika hati dipenuhi dengan karakter surgawi, kehidupan kita tentu akan menyinarkan kemuliaan Allah.

– Yesus membandingkan mereka yang mendengar & menaati perkataan-Nya dengan orang yang membangun rumah mereka di atas batu (47-48). Rumah tersebut akan bertahan menghadapi badai. Sebaliknya, rumah yang tidak dibangun di atas dasar yang kuat, yakni orang-orang yang tidak mendengarkan Firman, takkan bertahan menghadapi banjir & tantangan hidup.

– Untuk menjadi seperti orang yang membangun rumahnya di atas dasar yang teguh dan bertahan menghadapi badai kehidupan yang begitu sering melanda, kita perlu menghayati Firman Tuhan & hidup seturut Firman sepenuhnya.

– Firman Allah adalah satu-satunya dasar kehidupan yang teguh. Membangun hidup di dalam Dia berarti memperbaiki perilaku hidup kita, mengikuti teladan-Nya & hidup sesuai kehendakNya setiap hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *