Pembacaan Alkitab Tgl 14 Juli 2019

Matius 6

– Tuhan Yesus mengingatkan kita agar melakukan kewajiban agama bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia. Kita harus melakukannya dengan motivasi yang benar, maka Tuhan akan menggenapi janji pemeliharaan-Nya pada kita. Jika kita melakukan semuanya dengan motivasi yang salah, kita akan kecewa karena apa yang kita harapkan tidak terjadi.

– Persembahan adalah ucapan syukur kita kepada Tuhan atas berkat yang kita terima. Karena itu, jangan memberikan persembahan dari utang. Persembahan atau sedekah bukanlah investasi, apalagi sogokan, agar Tuhan memberkati kita dengan melimpah. Persembahan juga bukan ajang bergengsi untuk mendapatkan penghormatan dari gereja. Berikanlah persembahan dengan tulus hati karena Tuhanlah pemelihara hidup kita.

– Tuhan menghendaki doa yang dimulai dan diakhiri dengan kerendahan hati. Dia mengundang kita masuk ke dalam percakapan yang akrab dengan-Nya & berjanji untuk mendengarkan (5-6).

– Berdoa memungkinkan kita datang ke hadirat Bapa untuk menyatakan kasih kita kpadaNya, berterima kasih atas pemeliharaanNya dan untuk memberi hormat yang sudah sepantasnya kita berikan kepadaNya. Allah meyakinkan kita bahwa Dia mendengar & memperhatikan setiap doa, baik yang terucap maupun yang tidak, demikian juga jeritan hati yang menjelma melalui tetesan air mata. Saat kita percaya kepada Allah dan kasih-Nya yang sempurna bagi kita, kita diyakinkan bahwa berdoa dengan kerendahan hati dalam sikap yang berserah & bergantung kepada-Nya selalu merupakan cara berdoa yang benar.

– Hubungan orang Kristen dengan Allah seharusnya merupakan hubungan yang nyata dan pribadi. Bukan hubungan yang bersifat sandiwara. Apa pun yang kita lakukan untuk Allah seharusnya ditunjukan kepada Allah dan bukan kepada manusia.

– Bagaimana kita menjalani kegiatan kerohanian kita dalam berdoa, beribadah, berpuasa & pelayanan kita? Apakah kita melakukannya karena kewajiban semata & supaya terlihat saleh di mata orang lain? Ambilah komitmen untuk kembali melakukan yang benar.

– Tuhan Yesus mengingatkan orang-orang yang berpuasa untuk menyembunyikan keadaan sedang berpuasa. Berpuasa adalah suatu cara untuk menyatakan perasaan dukacita atau permohonan yang dalam kepada Allah. Kita sedang menyatakan kepada Allah bahwa kita menginginkan jawabanNya lebih daripada makanan sekalipun.

– Berdoa maupun berpuasa harus melihat Allah. Berikan hati secara total, jangan separuh-separuh. Total untuk Tuhan, atau kita akan kehilangan penerimaan Tuhan jika hati masih bercabang dan mencari disanjung oleh manusia.

– Jika orang lain memuji kita karena kita hidup benar, ini hal yang baik. Tetapi kita tidak merasa pujian itu sebgai sesuatu yang berharga dan dicari. Kerinduan untuk diperkenan Tuhan menjadi yang terbesar sehingga pujian orang lain dan penerimaan mereka menjadi begitu kecil dan tidak lagi dicari.

– Setiap orang mempunyai “harta”. Tempat hati kita berada & mengumpulkan segala pencapaian, untuk dijadikan andalan. Ada dua jenis harta: harta duniawi yang bersifat sementara & harta surgawi yang bernilai kekal. Tentu kita memerlukan harta yang sementara, tetapi itu bukan segalanya. Memautkan hati kepada harta duniawi merintangi kita mendapatkan harta yang kekal. Apalagi jika harta dunia telah membutakan mata sampai kita mengukur segala sesuatu dengan uang, mengganti waktu untuk keluarga dengan kemewahan, mengganti waktu untuk Tuhan dengan uang persembahan. Hati tidak lagi menjadi takhta bagi Tuhan, tetapi bagi uang, jabatan, ketenaran, kehormatan & kekuasaan.

– Yesus mengingatkan agar kita menggunakan mata hati & pikiran untuk melihat & berpikir dengan tepat. Sadar akan kasih Allah dan menempatkan kesenangan Allah sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi akan membebaskan kita dari tekanan untuk mengejar harta duniawi.

– Kekayaan materi hanya bersifat sementara. Tidak ada satu hal pun yang bernilai kekal, kecuali hal-hal yang dimampukan Allah untuk kita lakukan bagi sesama. Memberikan waktu dan sumber daya yang kita miliki untuk mengabarkan Injil, mengunjungi sahabat yang kesepian, dan menolong orang-orang yang membutuhkan hanyalah beberapa cara yang dapat kita tempuh untuk mengumpulkan harta di surga. Semua itu membuat nasihat Yesus untuk tidak mempercayakan diri kita pada harta dunia menjadi sangat berarti (19).

– Hati kita harus memilih antara terikat oleh harta atau oleh Tuhan. Harta kita yang sesungguhnya adalah segala sesuatu yang kita investasikan untuk kekekalan. Kiranya Tuhan menolong & memberi hikmat kepada kita untuk dengan bijaksana memilih bagaimana menginvestasikan hidup pada hal-hal yang bersifat kekal.

– Janganlah kita kuatir akan apapun, sebaliknya percayakan sepenuhnya hidup kita ke dalam tangan Tuhan & yakinilah bahwa IA pasti sanggup untuk menolong kita di dalam setiap pergumulan hidup & mencukupkan hidup kita dengan berkat-berkatNya yang tidak akan pernah habis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *