Pembacaan Alkitab Tgl 15 Juli 2019

Matius 7

– Hal menghakimi & Kemunafikan adalah perbuatan yang ditegur Yesus dalam Khotbah di Bukit(1-5). Kadang ada “balok” besar di mata kita, sebuah kekurangan dalam diri yg tidak kita sadari tetapi yang kita pakai untuk menghakimi orang lain tanpa melihat diri sendiri.

– Kata Yesus: “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi”(2). Janganlah kita tergesa-gesa menghakimi orang lain! Tak satu pun dari kita sempurna. Namun, terkadang kita melupakan hal itu & begitu tergesa-gesa menghakimi orang lain. Kita semua sungguh membutuhkan anugerah Allah. Kiranya Tuhan membuat kita lebih cepat menghibur atau menguatkan sesama daripada menghakimi mereka.

– Pikirkanlah hanya tentang hal-hal yang baik yang menjadi prinsip hidup di dalam Kerajaan Allah. Pahamilah bahwa ada standar yang berlaku bagi kita sendiri & bagi orang lain, sehingga mencegah kita untuk menghakimi orang lain tanpa mengawasi diri sendiri.

– Tidak seorang pun berhak menghakimi orang lain sebagai hakim. Hanya satu Hakim, yaitu Kristus. Setiap orang hanya berhak menghakimi orang lain dan diri sendiri berdasarkan standar dari Sang Hakim, yaitu Kristus.

– Tuhan mempunyai waktu & kesabaran-Nya. Tuhan akan menutup jalan bagi orang-orang yang terus menerus menghina kesempatan yang diberikan kepada mereka, untuk mendapat pengampunan & bertobat. Mereka bagaikan anjing dan babi yang tidak mengerti mutiara. Mereka hidup di dalam kelimpahan anugerah, tetapi menghina Tuhan & anugerah-Nya, seperti anjing & babi yang menghina mutiara dan menyerang si pemberi mutiara.

– Carilah posisi kita masing-masing di dalam Kerajaan Allah. Adakah kita menjadi si pembawa berita baik dari Allah? Sudahkah kita tahu harus berjuang di dalam hal apa bagi Tuhan? Jika belum, mintalah kepada-Nya! Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya! Dan untuk segala hal yang kita mohon kepadaNya: Ketoklah, maka Tuhan akan membukakannya kepada kita pada waktu-Nya.

– Memohon supaya Tuhan memberi kita panggilan yang jelas agar kita tahu apa yang harus kita lakukan di dalam Kerajaan Allah, memberi kita pengertian & kekuatan untuk berperang bagi KerajaanNya dengan cara & di tempat yang Tuhan mau.

– Dalam dunia ini, semua orang ingin diperlakukan dengan baik, adil, penuh hormat & kasih. Jadi, mengapa bukan itu yang diberikan seseorang kepada orang lain? Bukankah ia mengharapkan perlakuan serupa dari mereka? Sederhana bukan? Sayangnya manusia enggan mempraktikkannya, ibarat melewati jalan yang sempit sesak (13-14).

– Sebenarnya banyak perkara dalam hidup ini bisa & layak dihadapi dengan meneropong keinginan kita sendiri. Maukah kita diperlakukan seperti itu? Maukah kita dilecehkan atau dihinakan? Hasil karya yang tak dihargai atau dibajak & ditiru? Nama baik yang dicemarkan oleh fitnah? Tentu tidak! Lalu, apa yang kita kehendaki? Penghargaan, perlakuan adil & kasih sayang bukan? Maka, mari kita lakukan itu kepada sesama kita. Itulah hukum emas kehidupan ini!

– Tuhan Yesus mengingatkan kita agar waspada terhadap penampilan lahiriah seseorang. Dia mengajar murid-murid-Nya agar mencermati para nabi palsu yang menyamar seperti domba, tetapi sebenarnya mereka adalah serigala yang buas.

– Kita seringkali tertipu oleh penampilan luar seseorang. Kita percaya dan beranggapan bahwa seseorang itu baik hanya mengamati penampilannya yang memikat. Padahal, siapa yang mengetahui hati orang? Penampilan lahiriah yang baik bisa jadi membungkus rapat sikap hati yang sebenarnya jahat. Pohon yang tampak baik juga belum tentu menghasilkan buah yang baik. Sebaliknya, buah yang baik dapat dipastikan berasal dari pohon baik.

– Tuhan tidak menilai penampilan lahiriah kita karena penampilan itu dapat mengelabui; Tuhan menilik hati kita, yang memancarkan kondisi kita yang sejati. Jika hati kita telah dijadikan baru oleh RohNya, & kita mempersilakan Dia bekerja di dalam dan melalui diri kita, bukankah hidup kita akan berlimpah dengan buah Roh? Sia-sialah penampilan luar yang baik jika hati seseorang tidak memancarkan buah kehidupan & kebajikan.

– Yesus Kristus menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa fondasi yang teguh sangat penting dalam membangun kehidupan ini, seperti sebuah rumah yang kokoh dan tidak rubuh oleh hujan, banjir & angin, sebab didirikan di atas batu” (24-25).

– Menjadikan Yesus Kristus sebagai fondasi akan memberikan kepada kita stabilitas yang dibutuhkan oleh hati & hidup kita, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang.

– Ketika kita memberikan tempat bagi hikmat Tuhan untuk membimbing kita dalam setiap keputusan, prioritas, dan hubungan kita dengan sesama, kita mendapati bahwa Dia menjadi fondasi yang paling terpercaya bagi hidup setiap manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *