– Sekalipun Yesus orang Yahudi & tinggal di wilayah yang merupakan jajahan Romawi, ada seorang perwira di Kapernaum yang tetap memandang Yesus sebagai orang yang lebih berkuasa darinya. Ia sampai merasa tidak layak untuk bertemu dengan Yesus & memilih meminta bantuan dari tua-tua Yahudi untuk mengundang Yesus datang ke rumahnya agar menyembuhkan hambanya.
– Dan ketika Yesus sudah dekat rumahnya, lagi-lagi perwira ini menunjukkan kerendahan hati dan ketidaklayakannya dengan mengutus sahabatnya membawa pesan kepada Yesus, bahwa ia tidak layak menerima Yesus di dalam rumahnya; ia juga menganggap dirinya tidak layak datang kepada Yesus, biarlah Yesus cukup katakan sepatah kata saja, maka hambanya akan sembuh. Yesus mengagumi sikap perwira Romawi ini, menyebutnya sebagai iman yang besar.
– Dari kisah ini, kita dapat memaknai iman sebagai meminta hal-hal besar dari Tuhan dengan penuh kerendah hatian. Sang perwira bukan hanya meminta penyembuhan atas hambanya, tetapi ia meminta sesuatu yang di luar kebiasaan, yaitu kesembuhan dari jarak jauh. Iman juga bermakna percaya kepada pribadi Allah dan bahwa anugerah Allah terjadi bukan karena kebaikan manusia, bahkan bukan merupakan hasil iman manusia, tetapi itu terjadi karena kebaikan & belas kasihan Allah kepada manusia yang membutuhkan pertolongan & kuasa-Nya.
– Apakah kita memiliki sikap iman seperti itu? Iman yang mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Pencipta & Pemilik hidup kita?* Orang yang memiliki iman ini tentulah akan menjalani hidup dengan rendah hati, menghormati Tuhan, tunduk pada firmanNya & mengandalkan kekuasaan & kekuatan dari Yesus.
– Kisah Yesus menolong seorang janda, tanpa ibu janda itu meminta tolong sebelumnya, tapi hanya dengan melihat tetesan air mata ibu itu sudah cukup untuk menggerakkan hati Yesus sehingga Dia mengulurkan tangan untuk menolong & memberi kelegaan kepadanya.
– Ini membuktikan bahwa Allah tidak buta & tidak bisu melihat dukacita yang dialami umatNya. Demikianlah, Dia sangat memahami dukacita di hati kita. Dia merasakan perih hati kita saat kita bertahan dalam penderitaan yang kita alami. Setiap tetesan air mata kita diperhatikanNya dan hal itu sudah cukup untuk menggerakkan hati-Nya menolong kita.
– Yohanes Pembaptis setelah mendengar kisah pelayanan Yesus yang ajaib dari murid-muridnya, ada timbul keraguan dalam hatinya karena fakta dirinya yang sebagai pembuka jalan bagi Mesias masih tetap berada di dalam penjara. Ditambah lagi dengan fakta Herodes, raja yang lalim itu, tetap bertakhta. Ia sungguh tidak dapat memahami semua ini(18-20). Melalui tanda-tanda ajaib yang telah Yesus lakukan, Yesus menyuruh Yohanes untuk percaya (22-23).
– Keraguan tentang diri Yesus juga menimpa orang Farisi & ahli Taurat. Orang-orang yang mengetahui firman Tuhan ini tidak menyambut pesan pertobatan yang disampaikan Yohanes Pembaptis dan menolak untuk dibaptis. Mereka juga tidak mau menyambut Yesus Kristus yang diberitakan oleh Yohanes. Kesombongan membuat mereka tidak menyadari keberadaan diri sebagai orang berdosa yang harus menerima pengampunan dosa. Rencana Allah melalui pelayanan Yohanes dan kedatangan Mesias, mereka lewatkan begitu saja karena kesombongan dan tidak mau bertobat.
– Keraguan kepada Allah kadang berakar dari dosa dan pemberontakan, yang tetap akan bercokol dalam diri kita bila kita tidak bertobat & menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Maka berbaliklah dari dosa dan pemberontakan kita. Terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat & serahkanlah hati kita kepada Yesus. Niscaya, Dia akan mengusir segala keraguan.
– Memang ada masa kita mengalami masa-masa sulit atau saat seolah Allah menolak doa kita. Namun itu bukan berarti bahwa Allah tidak eksis atau tak lagi berkuasa. Jangan pernah ragukan kedaulatan Allah dan jangan ragukan kasih-Nya kepada kita, meski kita sedang menderita! Tetaplah bertahan dalam iman, karena Allah akan memakai semua itu untuk memperkuat iman kita!
– Standar pujian manusia jauh berbeda dari versi Allah! Seperti kisah perempuan berdosa yang datang bersujud di kaki Yesus dan menangis, membasahi kaki Yesus dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya, lalu mencium & meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi (36-38). Oleh karena banyaknya kasih yang ditunjukkannya, Yesus pun memujinya & mencurahkan kasihNya dengan mengampuni perempuan itu dari dosa-dosanya (48).
– Tidak jadi masalah kalau apa yang kita lakukan (pekerjaan, pelayanan, dan sebagainya.) tampak kecil atau sepele di mata dunia. Kita tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Ingat, tujuan kita bukan agar dunia memuji kita! Apalah artinya dipuji orang banyak kalau tidak dipuji Allah? Agar mendapat pujian dari Tuhan, kita harus melakukan apa yang sekarang ini dipercayakan Nya kepada kita dengan penuh kesungguhan.
– Ingatlah: yang terpenting adalah diperkenan Tuhan! Jika kita mendapat pujian dari seluruh penjuru dunia, tetapi segala sesuatu yang kita lakukan adalah tanpa dukungan dari Allah, maka itu adalah hal yang sia-sia!