– Kehancuran kota Yerusalem dan Bait suci di dalamnya serta keadaan dalam pembuangan membuat bangsa Israel merasa ditinggalkan Allah, sedangkan janji bahwa Allah akan kembali berdiam dalam Bait Suci yang ada dalam penglihatan Nabi Yehezkiel menunjukkan bahwa Allah & kemuliaan-Nya akan kembali hadir di tengah-tengah mereka.
– Penglihatan Nabi Yehezkiel tentang Bait Suci ini diharapkan membuat bangsa Israel merasa malu atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat pada masa lampau sehingga mengakibatkan dijatuhkannya hukuman Allah, serta membuat mereka menjauhi dosa untuk menjaga kemuliaan Allah.
– Kesadaran akan kehadiran Allah mendorong umat Allah sepanjang abad untuk menjaga kekudusan hidup. Bila kita bisa melakukan dosa tanpa merasa bersalah atau tidak merasa gelisah, berarti kita tidak menyadari kehadiran Allah di dalam hidup kita atau memang Allah tidak pernah hadir dalam hidup kita.
– Bila kita sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan Yesus telah mati menebus dosa kita, Allah berjanji untuk memperbarui kehidupan kita melalui RohNya yang berdiam di dalam diri setiap orang percaya, yaitu Roh Kudus yang seharusnya membuat kita ingin tetap hidup kudus. Kehadiran Roh Kudus akan membuat kehadiran dosa menjadi tidak nyaman & membuat hati kita lebih takut akan Tuhan.
– Salah satu unsur penting dalam Bait Suci terpusat pada mezbah & kurban bakaran kepada Allah. Mezbah memiliki arti tempat ibadah manusia yang dinyatakan dan diperkenan Allah, serta tempat kasih & pengampunan Allah dinyatakan pada manusia. Sedangkan persembahan kurban memiliki arti:
●penyucian dosa & pendamaian antara orang berdosa dengan Allah yang suci, sebelum seseorang dapat menghampiri Allah & berkenan kepadaNya.
●untuk menyatakan syukur atas anugerah pengampunan dan atas segala berkat Allah yang diterima orang tersebut.
●suatu persekutuan antara umat-Nya dengan Allah.
– Kita patut bersyukur karena Kristus sudah menggenapkan ritual Taurat ini melalui pengurbanan-Nya di kayu salib. Dia sudah menjadi kurban penghapus dosa dan pendamaian. Melalui Dia, kita menaikkan syukur dan dipersekutukan dengan Allah Bapa.
– Yehezkiel diperintahkan untuk memperhatikan sungguh-sungguh berbagai peraturan rumah Tuhan, khususnya siapa yang boleh masuk dan yang dilarang masuk ke dalam rumah Tuhan (1-5). Adanya berbagai peraturan menyangkut peribadatan bangsa Israel itu diperlukan supaya bangsa Israel sungguh-sungguh memahami bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang kudus, artinya terpisah dari umat manusia.
– Allah tidak boleh disamakan dengan manusia. Manusia tidak bisa sembarangan menjalin relasi dengan Allah, melainkan Allahlah yang menentukan batasan-batasan. Kekudusan Allah itu harus dihormati.
– Orang-orang Lewi, khususnya para imam, harus menjaga kekudusan bait Allah. Mereka harus menjalankan aturan main secara ketat & tidak boleh melibatkan orang asing dalam ibadah Israel.
– Saat Tuhan Yesus wafat di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia, batas antara suku Lewi dan suku yang lain serta antara bangsa Israel dan bangsa asing ditiadakan. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa umat Allah pada masa kini boleh bersikap sembarangan kepada Tuhan. Tuhan Allah tetap harus dihormati!
– Standar moral yang tinggi tetap harus dijaga! Bila pada zaman Perjanjian Lama, tugas menjaga kekudusan Allah terutama dibebankan kepada bangsa Israel, sekarang tugas menjaga kekudusan Allah itu merupakan tanggung jawab semua orang percaya.
– Sayang sekali bahwa pada zaman ini, banyak orang berani melayani tanpa mempertahankan standar kekudusan Allah, padahal seharusnya kita bukan hanya melayani melalui keterlibatan dalam ibadah atau upacara gerejawi saja, melainkan kita harus melayani melalui keseluruhan hidup kita.
Biarlah di luar & di dalam hidup kita senantiasa kudus & boleh memancarkan kasih Kristus.