– Doa adalah suatu langkah iman yang sederhana, namun memiliki dampak yang besar. Sayangnya orang Kristen sering mengabaikan hal ini & enggan berdoa.
– Yesus mengajarkan para muridNya cara berdoa yang kita kenal sebagai Doa Bapa Kami. Melaluinya, kita belajar unsur-unsur mendasar dari doa yang benar.
– Pertama: Doa yang berisi ungkapan pujian & syukur kepada Allah (2) yang menunjukkan kesadaran kita akan siapa Tuhan & siapa kita.
– Kedua: Permohonan (3) di mana IA menjamin bahwa ketika kita meminta maka IA akan memberikan sesuai dengan kehendakNya (9-10).
– Ketiga: Doa Pertobatan (4) di mana kita mengakui pelanggaran dan dosa kita langsung kepada Allah, yang menuntut kejujuran & keterbukaan kita kepada-Nya, sehingga IA akan mengalirkan kasih & pengampunan-Nya pada kita.
– Berdoalah seolah kita sedang berbicara kepada seorang sahabat (5-8), ada kedekatan, keakraban & tanpa kecanggungan.
– Ke-4: Berdoa seperti seorang anak kepada papanya(11-13), satu hubungan yang memiliki ikatan emosional yang tinggi, seperti seorang bapak yang berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya. Demikian pula dengan Allah Bapa tentu juga akan memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya.
– Para musuh Yesus mencoba mendiskreditkan Yesus dengan menuduhNya berkonspirasi dengan kepala setan-setan untuk mengusir setan (15). Yesus lalu membuktikan Diri sebagai Mesias yang dari Allah untuk memerdekakan manusia dari belenggu dosa & tipu daya Iblis. Hanya orang yang menyadari kebenaran ini dan mengakuiNyalah yang dapat mengalami kuasa Tuhan yang memerdekakannya dari belenggu & tipu daya Iblis (23).
– Dengan percaya kepada-Nya, bukan hanya kita akan dimerdekakan-Nya, malah kita akan diperlengkapiNya dengan kuasa-Nya untuk mengalahkan Iblis dan pengikut-pengikutnya.
– Orang yang hatinya kosong berpotensi untuk diisi dengan berbagai hal apa saja. Dalam perumpamaan Tuhan Yesus, dikatakan bahwa kekosongan sebuah rumah akhirnya akan dimanfaatkan oleh roh-roh jahat untuk menghuninya.
– Seseorang yang menerima anugerah Tuhan, tidak bisa merespons anugrah itu dengan sikap masa bodoh (netral). Ia harus membuka diri untuk menyambut anugerah itu & hidup di dalam anugerah itu agar hidupnya berkembang sesuai dengan kelimpahan anugerah tersebut. Dengan demikian tidak ada kekosongan dalam hidupnya karena ia mengisinya dengan kebenaran firman Tuhan. Dari buahnya, kita akan tau hidup orang yang diubahkan karena melakukan firman Tuhan (28).
– Seseorang disebut pelaku firman jika ia dengan sungguh-sungguh menerima firman itu & dapat memancarkan terang firman kepada sesamanya. Jangan hanya terpaku pada tanda, melainkan pada sumber firman, yaitu Yesus, Sang Firman yang diutus Bapa.
– Kita sama seperti orang Farisi bila hanya mengutamakan tradisi yang mementingkan hal-hal luar, tetapi tidak memelihara sumber segala tindakan kita yaitu HATI.
– Apabila hukum dan peraturan kita laksanakan bagai robot yang tanpa semangat keadilan & kasih di dalamnya (39-42), orang yang hidupnya demikian di mata Yesus sebenarnya tidak hidup tetapi mati.
– Tradisi, peraturan, ibadah, kesalehan yang berorientasi ke diri sendiri bukan ke Allah & sesama, adalah seperti kubur berkapur yang isinya bangkai belaka! Bahkan kegiatan menggali & menafsirkan firman pun dapat menjadi kegiatan yang memuakkan hati Allah! Kecaman tajam ini Yesus tujukan kepada para ahli Taurat, mereka yang mempelajari arti firman tetapi mereka sendiri tidak mentaati & melakukannya.
– Menolak taat kepada esensi firman adalah sama dengan membunuh firman. Ucapan Yesus ini menunjuk kepada sikap mereka kelak yang begitu bersemangat ingin menyingkirkan Yesus.
– Waspadalah! Di balik semangat memelihara aturan dan membela arti firman, bisa jadi tersembunyi hati beku yang dingin terhadap Allah dan sesama!