Pembacaan Alkitab Tgl 27 Juli 2019

Lukas 9

– Yesus mengingatkan para muridNya untuk tidak salah fokus dalam pelayanan mereka. Apa yang Tuhan berikan kepada mereka, yakni tenaga & kuasa dari Allah sudah lebih dari cukup. Mereka diminta agar tidak lagi memusingkan bekal makanan, uang, pakaian, atau bahkan respons orang (3-5). Semua ini memang dibutuhkan, namun bukan menjadi fokus utama. Para murid pun melaksanakan perintah itu (6).

– Fokus kita dalam melayani Tuhan adalah Injil Kerajaan Allah, tidak yang lain! Kita harus mengabdi secara total pada tujuan Tuhan menciptakan kita. Lewat berbagai profesi, kita harus tetap fokus pada tujuan Injil Kerajaan Allah. Tugas ini bisa dilakukan dengan ragam cara, baik lewat perbuatan, perkataan, & hidup kita.

– Tujuan hidup di dalam Tuhan akan memantapkan langkah hidup kita di dunia. Jagalah hidup kita agar tetap fokus pada tujuan-Nya & jauhkanlah diri dari nafsu kedagingan yang dapat mengalihkan fokus kita dari-Nya.

– Tidak semua hal bisa kita lihat dengan mata. Untuk kebenaran yang Tuhan singkapkan, sering kali kita harus melihat dengan mata hati. Herodes misalnya, yang banyak mendengar tentang kehebatan Yesus, namun setiap mendengarkan, ia selalu merasa cemas(7). Herodes berusaha mencari kebenaran, namun tak kunjung menemukannya. Walau ia mendengar kebenaran, tetapi tak terpuaskan. Itu karena kecemasan telah menutupi mata hatinya.

– Bagaimana dengan kita? Pada akhirnya, kebenaran yang disingkapkan kepada kita adalah anugerah Tuhan semata. Kebenaran sejati ada di dalam Yesus. Pengalaman perjumpaan pribadi dengan Sang Kebenaran akan mengubah banyak hidup kita. Tuhan akan menyatakan kebenaranNya di sepanjang kehidupan kita. Dia hanya meminta agar kita melihatnya dalam kerendahan hati. Apakah kebenaran itu membukakan mata hati kita? Apakah kebenaran itu menjadikan hidup kita lebih damai, tenteram, dan tenang?

– Ketika Yesus ingin menikmati ketenangan bersama para murid (10), orang banyak masih mengikuti Dia. Dengan penuh belas kasih, Dia menerima mereka & mengenyangkan jiwa rohani mereka (11). Tidak hanya itu, Yesus juga melakukan mujizat dengan mengenyangkan jasmani mereka, walau saat itu makanan yang mereka miliki terbatas, hanya 5 roti & 2 ikan, tapi Yesus mengetahui keterbatasan itu, Dia meminta para murid tetap menyediakan makanan. Mereka pun menyerahkan makanan yang tersedia, dan Yesus melipatgandakannya untuk memberi makan ribuan orang.

– Yesus tahu segala keterbatasan kita, namun Dia ingin kita memiliki hati yang rela berbagi. Tidak hanya membantu sesama yang kelaparan secara jasmani, tetapi juga secara rohani. Meskipun persediaan kita tampak terbatas, serahkanlah pada Yesus. Mintalah hikmat dan pertolongan-Nya. Dia akan menyediakan dan mencukupkan sehingga kita mampu memberi “makan” sesama yang memerlukan bantuan.

– Yesus menjelaskan maksud kedatangan-Nya ke dunia adalah rencana bagi keselamatan manusia. Seperti dirinya, Yesus juga ingin murid-muridNya pun melakukan hal yang sama: menyangkal diri, memikul salib & mengikut Dia (23).

– Prinsip kehilangan nyawa untuk mendapatkannya (24) berlaku juga untuk pelayanan kita terhadap sesama. Jika kita hidup untuk diri kita sendiri dan tidak pernah memikirkan orang lain, kita akan mengalami kekosongan jiwa. Namun jika kita memberi dengan murah hati untuk melayani orang lain, semua itu akan kembali berlipat ganda.

– Meskipun sulit & pahit, kita harus bersedia pikul salib setiap hari & ikut Kristus. Jalanilah kehidupan Kristen kita dengan melihat betapa singkatnya hidup & betapa tidak berartinya segala sesuatu yang ada di dunia ini bila dilihat dari kacamata kekekalan. Ingatlah bahwa suatu saat, ketika hari penghakiman tiba, kita akan menghadap takhta pengadilan Kristus. Maka sangkal diri, pikul salib & ikut Yesus kiranya mewarnai kehidupan kita setiap hari, dalam berbagai aspeknya.

– Pada suatu waktu, Yesus membawa ketiga murid-Nya naik ke atas gunung untuk berdoa. Lalu terjadi sesuatu, “rupa wajahNya berubah & pakaianNya menjadi putih berkilau-kilauan”(29). Ada dua orang yang terlihat berbincang-bincang dengan Yesus. Mereka adalah Musa dan Elia. Keduanya pun menampakkan diri dalam kemuliaan (30-31).

– Perubahan rupa yang terjadi pada Yesus adalah suatu gambaran tentang keadaan-Nya kelak dalam kerajaan-Nya yang akan datang, yaitu saat Dia akan memerintah sebagai Raja.

– Sebagai orang percaya, adakah kerinduan dalam hati kita untuk melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya? Bila ya, mari kita terus bertekun dalam iman kita hingga pada waktunya kelak kerinduan tersebut dapat terwujud, yaitu tatkala kita bertemu muka dengan muka dalam kemuliaan-Nya yang kekal kelak. Keselamatan kita di dalam Kristuslah yang menjadi jaminan untuk itu.

– Pada suatu waktu, saat orang banyak merasa takjub akan kebesaran Allah yang diperbuat Yesus, Yesus mengingatkan para murid agar jangan terjebak dengan demonstrasi kuasa iman yang pasti mereka bisa alami jika mereka sungguh-sungguh percaya kepadaNya. Tugas mereka jauh lebih besar daripada menyatakan kuasa kesembuhan ilahi. Tugas mereka ialah mewartakan karya keselamatan yang dilakukan Kristus lewat kematian dan kebangkitanNya.

– Sebagai murid, kita juga harus menyadari bahwa taat dan percaya kepada Yesus bukan hanya berarti akan mengalami kuasaNya yang sanggup membuat mukjizat yang memberkati sesama. Akan tetapi juga berarti sedia taat kepada Tuhan yang sudah menderita di salib & siap pula untuk ikut menderita bersama & demi Dia. Siapkah kita?

– Sadar waktuNya tidak lama lagi untuk memprsiapkan para muridNya, Yesus menujukan arah perjalananNya ke Yerusalem (51). Para murid sudah dipersiapkan untuk itu (22-27, 44-45). Sayangnya mereka belum sepenuhnya mengerti, apalagi memberi dukungan moral kepada Guru mereka! Mereka memiliki motivasi yang salah dalam mengikut Dia. Motivasi mereka bersifat egosentris.

– Buktinya, mereka saling memperebutkan kedudukan untuk mendampingi Yesus. Sikap eksklusif mereka dengan menolak orang lain yang mengusir roh jahat dalam nama Yesus juga merupakan contoh egosentrisme. Artinya, Yesus hanya untuk mereka, merekalah yang berhak mengatasnamakan diri-Nya untuk melakukan pelayanan. Pelayanan bukan demi Dia & demi orang yang membutuhkannya, melainkan demi kemuliaan diri sendiri.

– Seperti para murid, kita perlu belajar merendahkan diri dengan berfokus pada Kristus dan belajar memurnikan motivasi kita. Dunia selalu menggoda kita untuk fokus kepada diri sendiri, tetapi ingat kita sudah ditebus dari perbudakan dosa & daya tarik dunia untuk mengabdikan diri pada Kristus. Dan demi Kristus, kepada sesama.

– Seorang pengikut Yesus, harus siap melepaskan semua ikatan lainnya, yang bisa menghalangi komitmennya mengikutiNya. Termasuk, berani melepas tradisi di dalam keluarga (59). Yesus bukan sedang mengajarkan bahwa orang Kristen harus melupakan tanggung jawab kepada keluarga. Yang Yesus inginkan ialah komitmen kepada Yesus harus nomor satu. Hal itu berarti memercayakan pemeliharaan keluarganya kepadaNya!

– Mengikut Yesus memerlukan fokus penuh! Prioritas Yesus! Tahu hidup kita ialah milik-Nya karena karya penebusanNya & kita dapat memercayakan hidup kita kepadaNya karena IA hendak menggunakannya bagi kemuliaan-Nya & bagi kepentingan sesama. Jangan khawatir akan keluarga & orang-orang terdekat kita. Dia pasti akan memelihara mereka & memberikan yang terbaik untuk mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *