– Pada zaman raja Herodes, sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (1). Mereka disebut kaum Majus, para sarjana dan orang bijak pada masanya, penelaah ilmu perbintangan, yang biasanya bekerja di istana sebagai penasihat raja.
– Para majus rela datang dari jauh demi bertemu dengan Yesus. Perjalanan mereka ratusan kilometer jaraknya dari Yerusalem, harus melewati medan gurun pasir yang berat, ditempuh dengan berjalan kaki atau menunggang unta.
– Orang-orang bijak itu mengambil keputusan bijaksana & tidak menunda-nunda keberangkatan mereka. Mereka tidak menunggu raja itu menjadi dewasa dan tampil sebagai sosok termasyhur, baru mendatanginya. Tidak, mereka langsung bersiap-siap melakukan perjalanan jauh untuk mencari Dia, meninggalkan pekerjaan & kehidupan sehari-hari mereka.
– Para majus hendak menyampaikan penghormatan meski Sang Raja baru lahir. Kegigihan mereka membuahkan hasil gemilang.
– Seberapa gigih kita mencari Yesus? Kita tak perlu menempuh perjalanan jauh seperti para Majus. Kita dapat mencari Dia di tengah kesibukan sehari-hari dengan meluangkan waktu bersaat teduh, yang kita khususkan untuk menyembah & belajar dari Kristus.
– Apakah kita telah memprioritaskan kesempatan istimewa ini? Seberapa besar kerinduan kita mengenal Dia, mengembangkan hubungan pribadi denganNya, mencari dulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya? Atau, kita terlalu sibuk dengan aktivitas “penting” kita & lebih suka menunda, menunggu waktu yang kita anggap lebih baik?
– Tidak perlu perjalanan jauh untuk mencari DIA, yang diperlukan hanyalah hati yang rindu mengenal & lebih dekat denganNYA.
– Para majus membawa hadiah-hadiah yang mahal harganya. Namun, penyembahan yang mereka tunjukkan dengan lutut yang bertelut dan kepala yang tunduk di hadapan Raja atas segala raja, jauh lebih berharga daripada barang-barang yang mereka persembahkan. Dengan cara apa kita menyembah Allah hari ini?
– Sesaat setelah orang Majus beranjak pulang, Yusuf mendapatkan mimpi dari malaikat. Ia diminta untuk tidak terus tinggal di tempat, & membawa Maria serta bayinya ke Mesir. Sesegera mungkin Yusuf dengan sigap mengubah rencananya sendiri dan menaati Tuhan. Dan benar, tak lama kemudian Herodes memerintahkan pembunuhan anak bayi di bawah usia 2 tahun di Betlehem dan sekitarnya.
– Mungkin ada hal yang tidak berjalan sesuai dengan rencana kita. Namun, bisa saja terjadi hal yang lebih baik saat kita fleksibel untuk berubah. Mintalah pertolongan Tuhan agar kita menguasai diri & bersabar, dan menemukan yang terbaik dalam perubahan itu.
– Bila Tuhan sampai membelokkan keadaan, DIA pasti tahu hal yang lebih baik di depan sana.
– Yusuf tidak menunda- nunda melakukan kehendak Allah. Tanpa disadarinya, ketaatan Yusuf kepada Allah telah membuat dirinya menjadi alat Tuhan dalam menggenapi nubuatan nabi Hosea (15).
– Dari sudut pandang firman Tuhan, ketulusan hati bukan sekadar kerelaan melakukan kebaikan kepada orang lain tanpa pamrih, melainkan rela melakukan kehendak Tuhan tanpa keraguan. Itulah yang dibuktikan Yusuf dalam kehidupannya.
– Karena ketulusan & kerelaan hati melaksanakan kehendakNya, ia dipakai Tuhan menjadi alat penggenapan firman Tuhan & berperan dalam rangkaian rencana keselamatan dari Allah.
– Jika saat ini Allah memberi kesempatan untuk menilai ketulusan hati kita, apakah yang akan Tuhan temukan dari kedalaman hati kita? Adakah kita hidup tulus hati dan benar di hadapan-Nya?