Pembacaan Alkitab Tgl 3 Juli 2019

Lukas 5

– Ketika Yesus berkata kepada bakal murid-murid-Nya, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”, mereka pun ke darat meninggalkan perahu serta segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

– Sungguh tidak mudah mengganti haluan hidup. Mereka rela meninggalkan pekerjaan yang telah bertahun-tahun dijalani dan secepat itu terpikat kepada pribadi Yesus karena mukjizat yang dilakukan Yesus kepada mereka bisa jadi meyakinkan hati mereka bahwa apa yang dikatakanNya adalah benar. Mereka yakin bahwa dengan mengikuti Yesus, apa yang akan mereka dapatkan akan jauh lebih berharga daripada apa yang mereka tinggalkan. Dan keyakinan itu benar. Di kemudian hari mereka juga ikut mengukir jalannya sejarah keselamatan dengan Injil yang mereka beritakan. Mereka benar-benar menjadi seorang penjala manusia!

– Mengikuti Yesus berarti bersedia menyatukan diri dengan-Nya, memahami visi-Nya & bekerja bersama Dia agar melalui kita, berita anugerah-Nya semakin terdengar.

– Ada berbagai panggilan Yesus untuk kita, namun setiap panggilan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadikan diri kita penjala manusia serta menyelesaikan pekerjaan-Nya.

– Menurut aturan imamat, seorang pengidap kusta harus tinggal di luar perkemahan & tidak boleh berada dalam persekutuan umat Allah sampai dinyatakan tahir oleh imam. Namun, ada seorang kusta yang malah dengan nekat menghampiri Yesus di kota.

– Kenekatannya membuahkan hasil. Yesus memenuhi permintaannya. Ketika Yesus menjamahnya, kustanya segera menghilang (13). Sentuhannya tidak menajiskan Yesus, sebaliknya memulihkannya. Alhasil, komunitas Yahudi tidak lagi mengasingkannya.

– Berlarilah kepada Yesus ketika masalah datang menghampiri hidup kita. Mendekatlah kepada-Nya karena Dialah Allah yang bersedia menghampiri kita orang berdosa. Tersungkurlah di hadapan-Nya memohon belas kasihan-Nya. Janganlah pernah ragu akan kemurahan-Nya. IA adalah Allah yang Maha Pemurah, yang selalu bersedia menjamah & memulihkan hidup kita.

– Ada juga sekelompok orang nekat lain yang dengan usaha melakukan apa saja agar temannya yang lumpuh bisa sembuh. Walau akses jalan tertutup, mereka tak putus asa, mereka mengusung si lumpuh naik ke atas atap. Dari sana, menurunkannya tepat di depan Yesus (18-19). Iman beberapa orang ini melahirkan keberanian.

– Yesus melihat betapa besar iman orang-orang ini (20). Hal ini mengajarkan kita iman yang berbuah. Bukan hanya kesembuhan, aksi mereka juga menjadi sarana penyataan diri Allah. Ekspresi iman itu mendatangkan kekaguman dari orang yang menyaksikannya. Itulah iman yang berbuah. Iman yang membuat orang sekitar semakin mengenal, takjub & percaya kepada Yesus.

– Kita sering lupa iman selalu mewujud dalam tindakan, melalui cara kita menjalani hari-hari kita, menyelesaikan pekerjaan, menyikapi perubahan, mengatasi masalah, dan sebagainya.

– Karena itu, kita harus ingat bahwa hidup kita adalah artikulasi iman kita. Banyak orang sedang menyaksikan itu. Jangan biarkan mereka salah mengenal Allah karena iman kita yang tidak berbuah. Sebaliknya, lewat iman kita, kiranya mereka mengenal siapa Allah. Sesungguhnya, kita menyatakan iman bukan dari dalam kamar yang sempit, melainkan dalam dunia yang luas.

– Lewi dihadapkan pada dua pilihan saat Yesus mengajaknya mengikut Dia: tetap di rumah cukai atau meninggalkannya mengikuti Yesus. Ia memilih yang kedua.

– Pilihan yang pada awalnya tampak bodoh sekali. Hidup sudah enak sebagai pemungut cukai & memiliki banyak uang. Dengan menjadi murid Yesus, ia harus meninggalkan kenyamanan tersebut dan mengikuti pelayanan Yesus. Bagi Lewi, mengikut Yesus jauh lebih berharga daripada mengumpulkan harta sebanyak mungkin. Keputusan yang tampak bodoh itu ternyata mengarahkannya pada kebenaran.

– Setiap keputusan yang kita buat menentukan hidup kita saat ini & nanti. Kita perlu belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan firman Tuhan sehingga kita menjadi semakin serupa dengan Yesus & hasil keputusan kita mendatangkan kebaikan. Tetaplah percaya bahwa saat kita bertindak sesuai dengan perintah Tuhan, kita pasti menuai hasil yang baik.

– Yesus datang membawa suatu perjanjian yang baru, yang tidak bisa mengadaptasi atau mengadopsi ajaran lama. Bagi Yesus Sabat adalah hari saat kasih karunia Allah harus dinyatakan juga. Maka tidak ada salahnya bila seorang tabib menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat.

– Kedatangan Kerajaan Allah juga digambarkan seperti perjamuan kawin. Mesias (mempelai) sudah hadir, lalu untuk apa berpuasa? Justru, itulah saatnya untuk merayakan kegembiraan.

– Tiga perumpamaan yang mengikuti setelahnya memiliki pesan serupa. Yesus ingin mengajarkan bahwa berpuasa tanpa kejelasan alasan adalah sia-sia. Disiplin rohani, seperti doa, puasa, dan membaca Alkitab adalah sarana untuk melatih kepekaan kita dalam merasakan kehadiran Allah dalam pengalaman hidup sehari-hari. Dengan begitu, orang yang dekat dengan-Nya tidak lagi risau dengan segala peraturan keagamaan. Sebaliknya, dia seharusnya menjadi semakin membumi. Sukacita akan memenuhinya karena dia bisa berjumpa dengan Tuhan lewat peristiwa sederhana, misalnya melihat senyum Tuhan dalam tawa anak kecil.

– Kiranya Tuhan mengaruniakan kita sukacita dalam merasakan kehadiranNya lewat hal-hal sederhana. Mari kita juga meminta Tuhan memberi kita hikmat & kebijaksanaan untuk menyelidiki setiap pengajaran yang kita dengar, jangan sampai kita disesatkan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *