– Pelayanan Tuhan Yesus yang begitu menakjubkan, yang disertai tanda-tanda mujizat, kian menjadi perhatian orang-orang Yahudi dari rakyat biasa sampai di kalangan tokoh-tokoh agama. Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi, seorang Farisi yang terpelajar, pemimpin agama Yahudi, anggota Sanhedrin (Mahkamah Agama), seorang yang berpengaruh di Yerusalem. Namun ia mau datang kepada Yesus, seorang guru baru yang hanya anak tukang kayu, untuk mengadakan percakapan secara khusus dengan-Nya.
– Melihat tanda-tanda mukjizat yang dijadikan Yesus, Nikodemus mengakui bahwa Yesus adalah guru yang diutus Allah. Alih-alih menjadikan Yesus sebagai rival, Nikodemus mau membuka diri dan belajar dari-Nya.
– Dari percakapan mereka tampaklah esensi hidup yang ditegaskan Yesus sebagai syarat seseorang dapat menjalin persekutuan dengan Allah belum dipahami Nikodemus. Kesalehan dan pengetahuan agama tidak serta-merta membuat Nikodemus paham pada perkataan Yesus.
– Pembaruan rohani memerlukan proses “kelahiran kembali” melalui baptisan air & Roh. Pengalaman Nikodemus kiranya membuat kita terbuka, sehingga kita semakin diperbarui dari hari ke hari. Bukan saja dalam hal kerohanian, tetapi dalam berbagai aspek kehidupan.
– Merendahkan hati & membuka diri untuk mengakui kelebihan orang lain memungkinkan kita belajar guna memperkaya wawasan & pengalaman.
– Suatu hari murid-murid Yohanes mengadu kepadanya tentang persaingan ketat mengenai acara baptis membaptis yang dilakukan oleh murid-murid Yesus. Murid-murid Yohanes merasa terganggu karena murid-murid Yesus “mencuri domba” di ladang pelayanan mereka (sepertinya mereka takut popularitas golongan Yohanes Pembaptis akan hilang).
– Tetapi ada satu hal yang luar biasa dari Yohanes Pembaptis, yaitu pernyataannya kepada para muridnya, “Dia harus semakin besar… aku harus semakin kecil”. Sebuah pernyataan yang mungkin sangat sulit untuk diucapkan dengan ketulusan dan kesungguhan hati.
– Yohanes Pembaptis mempunyai tujuan yang sangat jelas dalam hidupnya, yaitu bahwa ia diutus ke dunia ini untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus dan segala sesuatu yang dikerjakannya semata-mata untuk kemuliaan Yesus.
– Seharusnya kita juga melakukan apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis, karena tujuan kita diciptakan adalah untuk menikmati dan memuliakan Allah selama-lamanya. Maka harusnya tidak ada satu aspek pun dalam hidup kita, di mana kita tidak memuliakan dan membesarkan nama-Nya.
– Rahasia yang dimiliki Yohanes Pembaptis sehingga sukses dalam menjalankan tujuan utamanya adalah ia memiliki Kerendahan Hati & Jiwa Pengorbanan.
– Seharusnya ketika nafas kita masih berhembus adalah semata-mata untuk terus berlatih supaya dapat membuat TUHAN YESUS semakin besar dan kita semakin kecil. Bukankah sudah sepantasnya suatu hari nanti nama Tuhan akan semakin terkenal dan nama kita akan semakin dilupakan orang-orang yang kita bimbing dan itulah kesuksesan pelayan Tuhan.
– Biarlah orang menemukan diri kita akan semakin dan semakin memikirkan tentang kesukaan-Nya daripada kesukaan diri sendiri. Bukankah suatu hari nanti seharusnya kepemilikan Allah atas diri kita, masa depan kita dan segala milik kita akan semakin besar dan kuasa kepemilikan kita akan semakin kecil. Yah… Dia harus semakin besar dan kita harus makin kecil… Dia harus makin bertambah & kita harus makin berkurang!
– Apakah hari ini kita sedang terus berusaha untuk semakin membesarkan “Dia” dan mengecilkan bagian si “aku” atau justru sebaliknya? Kiranya Tuhan menolong kita dalam mewujudkan, “Ia semakin besar, aku semakin kecil!”