– Tuhan Yesus sedang mempersiapkan diriNya menghadapi penderitaan & kematian. Seharusnya orang-orang yang dekat denganNya, yaitu murid-murid dapat menguatkan-Nya atau mengerti situasiNya. Tetapi orang-orang di sekitar Yesus justru sibuk mencari kebesaran pribadi.
– Ketika Yesus berbicara tentang penderitaan-Nya, mereka tidak mengerti namun segan untuk bertanya kepadaNya (31-32). Sikap seperti ini menunjukkan ketidakpekaan, keegoisan, dan tidak memikirkan apa yang akan terjadi terhadap Yesus. Yang terjadi adalah mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka (33-34).
– Yesus menjelaskan arti menjadi terbesar adalah dengan merendahkan diri dan melayani semua orang (35). Yesus memberi contoh dengan mengambil seorang anak kecil & memeluknya untuk menunjukkan bagaimana cara menyambut Tuhan Yesus & Allah Bapa (36-37), yaitu dengan hati yang polos, tulus & penuh kasih.
– Kerajaan Allah sangat bertolak belakang dengan dunia. Tersedia tempat kehormatan bagi mereka yang secara sukarela mau mengesampingkan kepentingan mereka demi mendahulukan kepentingan orang lain.
– Pelayanan kita yang terbaik kepadaNya adalah pelayanan yang kita berikan kepada sesama. Semakin kita merendahkan diri, semakin kita dekat kepadaNya. Kiranya Tuhan menolong kita untuk meneladaniNya dalam memenuhi kebutuhan sesama & melayani sesuai kebutuhan mereka dengan penuh kasih & ketulusan.
– Yohanes angkat bicara ketika ia mengetahui ada orang lain yang memakai nama Yesus untuk mengusir setan. Bagi Yohanes perihal menggunakan nama Yesus untuk suatu mukjizat secara resmi hanya boleh dilakukan oleh para murid Yesus saja, di luarnya orang lain tidak memiliki hak untuk memakai nama Yesus.
– Namun respons Yesus berbeda. Yesus malah mengatakan kepada para murid agar tidak perlu melarang orang yang menggunakan nama-Nya, sebab orang tersebut juga berada di pihak Yesus (39-40). Yesus mengajak mereka berpikir lebih jauh bahwa para murid mesti memperhitungkan dan menghargai apa yang telah dilakukan oleh orang itu.
– Orang yang rendah hati akan mampu menghargai orang lain. Yesus paham betul apa yang ingin diungkapkan Yohanes dan para murid lainnya. Keberatan Yohanes mengandung maksud agar Sang Guru memberikan pernyataan secara resmi kepada khalayak ramai bahwa hanya para murid yang berhak melakukan kuasa dalam nama Yesus. Pada akhirnya hal ini bukan bicara tentang kecintaan kepada Yesus, namun kecintaan kepada diri sendiri. Semoga kita adalah orang-orang yang mencintai Yesus dengan sepenuh hati, tak sekadar memakai nama Yesus untuk kepentingan diri sendiri.
– Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya bahwa pemilik Kerajaan Surga adalah mereka yang bersedia menyambut anak kecil dengan penuh sukacita. Yesus berkata:”Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut” (42).
– Anak-anak kecil dapat dipahami secara harfiah sebagai orang kecil yang polos, namun bisa juga mengacu kepada orang-orang yang kecil imannya. Yesus berulang-kali berpesan kepada murid-muridNya agar jangan menghalangi orang yang kecil imannya, melainkan hargai dan kuatkanlah iman mereka.
– Ia mengingatkan para murid agar kehidupan mereka tidak menjadi batu sandungan atau menyesatkan orang lain. Yesus tidak menghendaki orang-orang dengan iman yang kecil disesatkan oleh mereka yang merasa dirinya mengenal Tuhan sangat dekat. Kepada orang-orang yang memiliki kecenderungan menyesatkan orang dengan iman kecil, Yesus mengatakan singkirkanlah batu yang membuatmu tersandung, singkirkanlah hal-hal yang membuat dirimu menjadi tersesat.
– Yesus beralih dari soal menyesatkan orang lain kepada soal menyesatkan diri sendiri. Mungkin saja seseorang menempatkan batu sandungan di jalan yang akan dilewatinya sendiri. Dan permintaan Yesus kepada para murid kala itu dan juga kepada kita pada hari ini, segala hal yang bisa membuat kita terjatuh ke dalam dosa segera disingkirkan. Termasuk sifat egois, kecenderungan menerapkan harga diri pada diri & kelompoknya, mengagungkan prestasi rohani, dan dosa-dosa lain harus disingkirkan.
– Panggilan hidup seorang pengikut Kristus adalah menjadi garam bagi dirinya, apalagi bagi orang lain (50). Seperti garam yang memberi rasa kepada orang lain, hendaknya hidup kita dapat berdampak positif serta mengusahakan hidup yang berdamai dengn semua orang.