– Ketika mendengar Yesus datang ke Kapernaum banyak orang berdatangan ingin bertemu Dia dengan berbagai tujuan: ingin mendngarkan ajaran-Nya, ingin melihat & mengalami mujizatNya, dan sebagainya. Ada seorang lumpuh yang digotong empat orang temannya. Namun, mereka terhalang mendekat kepada Yesus karena kerumunan orang pada saat itu.
– Karena Iman membuat mereka mencari jalan untuk membuka atap, lalu menurunkan tilam sehingga Si Lumpuh dapat bertemu dengan Yesus.
– Yang pertama dilakukan Yesus bukanlah menyembuhkan penyakit, tetapi mengampuni dosanya. Menurut pemahaman masyarakat Yahudi masa itu bahwa penyakit yang diderita merupakan akibat dosa. Yesus memahami hal ini. Setelah menerima pengampunan dosa, maka sakit lumpuhnya disembuhkan.
– Iman ada dalam diri setiap manusia yang percaya kepada Yesus. Dengan iman kita menjalani kehidupan tanpa ragu dan berserah kepada Tuhan. Iman yang ada dalam diri mendorong kita untuk datang kepada Yesus dan memohon belas kasihan-Nya.
– Ketika Yesus melihat seorang yang bernama Lewi dengan profesi sebagai penagih pajak, secara spontan Yesus mengajaknya untuk mengikuti-Nya (14). Sikap Yesus ini bertujuan untuk menghapus penilaian buruk dari masyarakat umum terhadap mereka yang bekerja sebagai penagih pajak. IA tidak menghakiminya sebagai orang berdosa, melainkan menerima orang berdosa (17).
– Allah disebut Mahakasih karena IA mengasihi dan menerima orang yang berdosa apa adanya. Allah tidak membedakan orang. Marilah kita bersyukur kepada Allah atas kasihNya dengan cara bertekad untuk tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti hatiNya, seperti: tidak taat & tidak mau membaca FirmanNya, iri hati, suka menghakimi orang, mengata-ngatai orang, mengumpat, dan lain-lainl.
– Tujuan dari berpuasa adalah merendahkan dan menyerahkan diri dalam pimpinan Allah, bukan menjadi ajang pamer kesalehan dengan menampilkan muka yang lesu, pucat, dan mengenakan pakaian lusuh ketika berpuasa, supaya mendapat pujian sebagai orang saleh.
– Yesus menjelaskan makna puasa dengan menggunakan 3 gambaran, yaitu: sahabat mempelai laki-2 (19), menambalkan secarik kain baru pada baju yang lama (21) & mengisi anggur baru pada kantong kulit yang tua (22). Tiga gambaran ini ingin menjelaskan bahwa setiap kebiasaan keagamaan (ibadah) perlu dimaknai secara baru. Bukan hanya menjadi pengulangan tanpa makna, sebaliknya memampukan orang merasakan pimpinan Allah dalam kehidupan sehari-harinya.
– Jangan biarkan kehidupan keagamaan kita menjadi kegiatan tanpa makna yang diulang terus-menerus tanpa penghayatan. Ibadah yang kita lakukan hendaknya dipahami dan dihayati dengan makna yang benar. Hal tersebut bukan hanya akan membuat kita bersukacita, tetapi juga semakin dikuatkan dalam menjalani hidup sebagai umat Allah. Ibadah yang kita lakukan semestinya makin menjadikan kita semakin tunduk pada kehendak-Nya, lebih mengasihi-Nya, dan akhirnya memuliakan-Nya.
– Bagi orang Yahudi, tidak ada hari yang lebih penting daripada hari Sabat. Sabat menjadi hari istimewa dan mendapat perhatian yang khusus karena merupakan salah satu dari 10 perintah Allah. Bagi kaum Farisi, mereka hanya mengutamakan berbagai aturan dalam hukum Taurat, sehingga mereka menegur Yesus karena murid-muridNya berjalan di ladang dan memetik bulir gandum pada hari Sabat. Sebab hal itu merupakan sesuatu yang tabu untuk dilakukan pada hari Sabat di mana orang Yahudi harus beristirahat dan berhenti bekerja (24).
– Yesus menjawab teguran mereka dengan mengutip kisah Daud yang mengambil roti sajian & diberikan kepada rakyat saat terjadi kelaparan (26). Kutipan Yesus memperlihatkan satu kebenaran bahwa perayaan hari Sabat dilakukan untuk kepentingan manusia agar mereka tidak diperbudak oleh pekerjaannya.
– Manusia mengenang pemeliharaan Allah dalma kehidupan mereka yang telah menjadikan segala sesuatu baik menurut kehendakNya (27). Dengan demikian, hari Sabat hanyalah suatu wadah atau alat semata.
– Pada dasarnya semua hari adalah ciptaan Tuhan. Sama baik & kudusnya jika kita menggunakan setiap hari untuk memuliakan Allah dan mewujudkan kebaikan-Nya bagi sesama. Meskipun demikian, ada baiknya juga apabila dalam seminggu ada satu hari yang kita khususkan untuk hening (solitude) agar dapat mencari wajah-Nya dan menerima kehendak-Nya.