– Ada seorang lumpuh di dekat kolam Betesda yang disembuhkan oleh Yesus. Dia menderita sakit sudah begitu lama, 38 tahun (5)! Meski berada di pinggir kolam yang dipercaya dapat memberi kesembuhan, ia tak bisa berbuat apa-apa karena kelumpuhannya. Pertanyaan Yesus tentang keinginannya untuk sembuh ditanggapi dengan jawaban yang seolah permohonan agar Yesus menolong dia untuk menjadi yang pertama tiba di kolam ketika airnya berguncang (6-7). Namun bukan demikian maksud Yesus. Perintah Yesus: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah”, memberi kuasa bagi si lumpuh untuk melakukannya.
– Namun mengangkat tilam pada hari Sabat memancing reaksi keras dari para pemuka Yahudi. Ironisnya, si lumpuh juga tidak tahu siapa yang menyembuhkan dia, pdhal kesembuhannya sungguh luar biasa. Tampaknya ia tidak mau disalahkan atas tindakannya yang dianggap sebagai ketidaktaatan pada Taurat. Ia bukannya berterima kasih tetapi malah menyalahkan Yesus dan cari aman sendiri. Padahal Yesus telah memperingatkan agar kesembuhannya jangan dimanfaatkan sebagai kesempatan berbuat dosa (14).
– Sungguh sayang, mukjizat kesembuhan tidak membuka matanya untuk mengenal siapa Yesus. Memang ada banyak orang yang hanya mau menerima anugerah Allah, tetapi menolak menerima Allah di dalam hidup. Para pemimpin Yahudi pun tak jauh beda. Mereka tidak peduli pada kesembuhan ajaib yang dialami si lumpuh karena hanya peduli pada aturan Sabat yang dilanggar.
– Padahal pertemuan dengan Yesus seharusnya menjadi kesempatan indah bagi si lumpuh dan para pemuka Yahudi untuk mengalami kasih Allah. Mari kita belajar untuk tidak mementingkan diri dalam kepengikutan kita kepada Yesus.
– Yesus berkata: “BapaKu bekerja sampai sekarang.” Allah yang menciptakan alam semesta, yang memastikan agar bumi terus berputar pada porosnya, yang bekerja menyertai pelayanan Yesus di bumi pada waktu itu, serta yang menggerakkan manusia yang mau mengakui & menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka; adalah Pribadi yang sama yang masih belum berhenti bekerja dalam kehidupan manusia. IA akan terus berkarya hingga masa kekekalan!
– Jika sampai hari ini, besok & seterusnya Allah tidak pernah berhenti bekerja, Dia pun menginginkan agar kita terus “bergerak” dan menjadi pribadi yang produktif. Mari tinggalkan kemalasan dari hidup kita, menjadi manusia yang produktif & memuliakan Dia selama masih ada kesempatan bagi kita untuk hidup di dunia ini.
– Ketaatan yang mutlak kepada kehendak Bapa adalah prinsip yang menguasai seluruh kehidupan Yesus (30). Dalam sifat kemanusiaanNya Yesus tidak pernah menentang kehendak Bapa sehingga hidupNya dipakai sepenuhnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Bapa. Salib merupakan puncak kemenangan dari ketaatan Yesus melakukan kehendak Bapa; ketaatan total tanpa kompromi, bahkan sampai pada kematianNya.
– Sebagaimana Yesus dengan segenap hidupNya melakukan kehendak Bapa, demikian pula seharusnya kita hidup taat kepadaNya. Inilah syarat yang tidak bisa ditawar sedikit pun untuk menjadi muridNya, sekalipun ini berarti kita harus meninggalkan segala sesuatu yang kita cintai, karena tanpa ketaatan hidup kita tidak akan diperkenan Tuhan.
– Sambil terus bertumbuh semakin menyerupai Yesus, kiranya hidup kita selalu meneladani Yesus yang mengasihi seperti Bapa mengasihi, mengampuni seperti Dia mengampuni, peduli seperti Dia mempedulikan, dan menjalani hidup yang menyenangkan-Nya.