Pembacaan Alkitab Tgl 17 Agustus 2019

Lukas 12:1-21

– Tuhan Yesus mengumpamakan sifat kemunafikan orang Farisi sama seperti ragi yang gampang menulari dan pada akhirnya merusak karakter orang lain.

– Sebagai pemimpin agama yang memiliki otoritas mudah sekali bagi mereka untuk menyalahgunakan otoritas itu, dengan menipu para pengikutnya, & pada akhirnya para pengikut itu pun ikut-ikutan sesuai kemauan mereka.

– Tuhan Yesus mengingatkan para murid bahwa kemunafikan, suatu waktu akan terbongkar (2-3). Apa yang ditutupi oleh manusia, akan dibuka oleh Allah yang melihat ke dalam hati. Maka hukuman berat akan menimpa mereka yang karena kemunafikannya menyesatkan orang lain, dan menjadikan orang lain itu sama dengan mereka, yaitu munafik! Bahkan Yesus dengan keras menyatakan sikap menyesatkan orang lain dari kebenaran tidak beda dengan menghujat Roh Kudus (10).

– Peringatan Tuhan Yesus ditujukan kepada para murid, berarti juga kepada kita sekalian. Bisa jadi kita pun tertular kemunafikan orang Farisi, yang melakukan segala sesuatu hanya untuk dilihat orang & agar orang lain juga dapat dikontrol dan bertindak sesuai keinginan pribadi mereka, hati & motivasi mereka tidak murni, juga dapat mengkontaminasi dan mencelakakan orang lain.

– Apa yang mereka lakukan hanya demi memuaskan ego sendiri, demi kepentingan diri pribadi bukan untuk kepentingan orang banyak & terutama bukan untuk Tuhan.

– Bisa jadi kita ada yang turut melakukan hal tersebut karena takut dikucilkan, atau bahkan mendapat aniaya. Ingat, bila kita terseret kepada kemunafikan, bukan hanya diri kita yang dirugikan. Orang-orang yang ada di sekeliling kita, yang memercayai kita sebagai murid-murid Tuhan pun akan ikut tersandung.

– Karena itu, biarlah kata & perbuatan kita sehari-hari menjadi pengakuan bahwa kita adalah murid Kristus, karena kita tahu bahwa yang layak ditakuti hanyalah Allah Yang Mahakuasa (5-9). Roh Kudus akan terus menyertai kita ( 11-12).

– Yesus menasehati para muridnya dan berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu”. Dia melanjutkan dengan menceritakan sebuah perumpamaan tentang seseorang yang “mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri,” tetapi yang tidak peduli pada hubungannya dengan Allah (21).

– Agar kita bisa belajar mensyukuri semua yang kita miliki & tidak terjerat pada keinginan untuk menimbun lebih banyak harta: Pandanglah harta benda sebagai pemberian Allah yang patut dipakai dengan bijak. Ingatlah selalu untuk bersyukur dan menikmati segalanya yang Allah berikan. Bijaklah mengelola & menggunakan harta kita.

– Kaya di hadapan Allah adalah hidup merasa cukup karena anugerahNya, sehingga kita juga sanggup memberi kepada mereka yang benar-benar hidup dalam kekurangan & sungguh-sungguh membutuhkan uluran tangan kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *