– Ketika Yesus diundang pada suatu perjamuan makan malam, para ahli Taurat & orang Farisi juga turut hadir. Mereka datang hanya ingin mencari kesalahan Yesus & menjatuhkanNya (1). Inilah gambaran sebagian orang Kristen masa kini.
– Kiranya Roh Kudus menolong anak-anak Tuhan & orang-orang Kristen zaman sekarang agar jangan bertindak seperti para orang Farisi. Munafik! Hati mereka selalu penuh dengki & iri hati dengan orang lain. Mereka begitu terlatih dengan berbagai kritik, ingin tahu urusan orang lain, berusaha mencari kesalahan orang lain & dengan mudah akan menemukan kekurangan orang lain dalam segala hal, namun tujuannya bukan karena kasih, tetapi untuk menjatuhkan.
– Ketiadaan kasih para orang Farisi terlihat melalui ketidakpedulian mereka terhadap orang sakit busung air ini. Yang lebih mereka perhatikan adalah apa yang dipedulikan manusia bukan apa yang dipedulikan Allah yaitu belas kasihan kepada orang yang menderita.
– Perkataan Yesus tepat menusuk inti persoalan, sehingga mereka terdiam & tidak sanggup membantahnya (3-6). Yesus mengajak mereka untuk menafsirkan peraturan tentang hari Sabat dengan penafsiran yang baru. Kasih lebih penting daripada peraturan yang kosong. Sudahkah kasih kepada sesama menguasai hati kita? Kasih yang murni & tulus, bukan kasih yang palsu!
– Ketika orang Farisi merasa lebih baik dan lebih tinggi kedudukannya daripada orang lain, Yesus mengutarakan perumpamaan tentang tempat yang paling utama & yang paling rendah dalam suatu pesta.
– Perasaan atau pikiran bahwa kita lebih baik itu sebaiknya ditanggalkan, juga harapan agar orang lain tunduk & menghormati kita. Sebab, penghormatan itu diberikan oleh orang lain. Jika kita layak mendapatkannya, orang akan memberikannya. Merendahkan hati kita dulu adalah sikap terbaik yang Yesus ajarkan (8-10).
– Kiranya Roh Allah menolong kita bersikap rendah hati di segala tempat dan peristiwa. Ambillah tempat terendah dulu agar kita tidak dipermalukan. Kadang memang ini tak mudah. Bisa jadi kita berpikir, “Seharusnya saya yang diistimewakan”, “Seharusnya saya yang didahulukan”, “Seharusnya saya yang dipanggil maju ke depan”. Bila tak mendapatkannya, kita hanya akan kecewa atau cemburu kepada orang lain yang memperolehnya.
– Mari kembali pada nasihat Yesus. Dia meminta kita rendah hati seperti Dia. ORANG BISA TERUS RENDAH HATI SAAT IA MENYADARI BAHWA PENCAPAIANNYA ADALAH BERKAT TUHAN, BUKAN USAHANYA SENDIRI!
– Yesus menegur sang tuan pesta yang sebenarnya lebih mmperalat tamunya daripada mengasihi mereka. Yang diundang oleh tuan pesta adalah sahabat, saudara & tetangga yang kaya, yang dianggap dapat membalas kebaikan sang tuan pesta.
– Yesus tidak mengajarkan bahwa adalah salah untuk mengundang teman dan kerabat untuk sebuah pesta. Sebaliknya, Yesus ingin mengajari bahwa kita bukan orang yang murah hati & penuh kasih jika kita hanya mengundang orang-orang yang bisa membalas budi, terutama jika kita mengundang orang kaya dengan motif status atau mungkin kesuksesan mereka mungkin dapat memberikan keuntungan bagi kita di masa depan. Ini adalah sebuah keegoisan bukan kasih.
– Apakah kita sudah melayani orang lain dengan kasih? Atau selama ini kita sebenarnya sedang memperalat orang lain melalui pemberian atau pelayanan kita? Mari kita menguji motivasi kita masing-masing. Jangan menjadi orang yang hanya bersedia melayani agar orang-orang dapat membalas kita atau yang mungkin bisa menolong karir kita maju, jika demikian sebenarnya kita tidak mengasihi mereka, kita hanya sedang memperalat mereka! Jadilah orang yang berhati tulus!